Subscribe:

Ads 468x60px

Monday, November 28, 2011

Permintaan Wajib Pacar Yang Menyebalkan


Kita sebenarnya merasa beruntung punya pacar yang penyayang. Tapi, terkadang ada saja permintaannya yang bikin dahi kita berkerut. Jika permintaannya masih wajar dan dapat kita penuhi sih, nggak masalah. Tapi, kalau mulai merugikan seperti beberapa permintaan berikut ini, berarti kita harus berani menolaknya. 


Kemana pun kita pergi harus bersama dia. Akhirnya kita jadi nggak bebas untuk bergaul atau melakukan aktifitas sendiri.
Cara menolak: Bilang terus terang bahwa ada saatnya kita ingin pergi sendirian atau bersama teman. Supaya dia nggak terkesan memonopoli hubungan dan kita pun nggak tergantung sama dia. Katakan juga ke dia kalau kita nggak mau merepotkan dirinya terus.

Permintaan 2: Wajib lapor 24 jam

Layaknya satpam, dia harus tahu setiap detik kita ada di mana, sedang melakukan apa dan bersama siapa. Makanya sebelum berkegiatan, dia selalu heboh menginterogasi kita. 
Cara menolak: Memang kita perlu bilang kalau mau pergi, supaya dia nggak khawatir. Tapi, nggak perlu sampai diteror setiap saat. Bilang ke dia kalau kita terlalu sibuk untuk menjawab pertanyaan dan deringan telponnya setiap saat. 


Semua yang berjenis kelamin cowok, pantang dekat-dekat sama kita. Nggak peduli berapa pun usia maupun statusnya.

Cara menolak: Di dunia ini yang berjenis kelamin cowok bukan cuma pacar kita. Jadi nggak mungkin dong kita menghindari mereka semua. Katakan ke pacar, bahwa dia harus percaya meskipun ada sejuta cowok di sekitar kita, tetap dialah yang nomor satu.

Permintaan 4: Selalu siap menemani

Kalau hanya menemani ke rumah teman atau ke toko musik sih, boleh-boleh saja. Tapi, kalau harus menemani dia nonton bola sampai tengah malam atau ikut hobinya naik gunung, waduh!.
Cara menolak: Tanyakan sama pacar kita, apakah dia nggak kasihan melihat kita menderita karena kecapekan mengikuti semua kegiatan dia? Belum lagi semua waktu kita tersita hanya untuk menemani dia. Padahal aktifitas kita sehari-hari pun nggak kalah banyak dan melelahkan.


»»  Baca Selengkapnya

Sunday, November 27, 2011

Sifat Karakter Seseorang yang Sukses dalam Berbisnis

Bagi yang mau mulai bisnis atau yang sudah berjalan bisnis nya, disini ada tips sifat-sifat karakter orang yang sukses dalam berbisnis. Semoga bisa bermanfaat dan kita pelajari untuk lebih baik ke depanya..


Ternyata menurut beberapa penelitian yang dilakukan, terdapat 13 karakter yang membuat seseorang dapat menjadi sukses dalam menapaki usaha dan bisnis mereka.

1. Punya Cita-cita yang kuat, ingat… yang KUAT.

2. Tidak pernah takut untuk GAGAL.

3. Berani Keluar dari Comfort Zone, berani mengerjakan hal-hal yang tidak menyenangkan pada mulanya, mau mengorbankan kesenangan untuk sementara dan setelah itu akan menikmati kesenangan itu untuk selamanya.

4. Bertanggungjawab penuh untuk hasil yang ia dapatkan. Terutama jika gagal tidak menyalahkan siapapun.

5. Tidak pernah menunggu waktu yang menurutnya tepat untuk memulai sesuatu. Sehingga karena menunggu terus, tidak pernah mulai Action.

6. Mampu menyusun target pribadi.

7. Punya rencana kerja dan mengevaluasinya secara berkala.

8. Punya disiplin diri untuk mengerjakan langkah-langkah sesuai target. Jadi apa yang dilakukannya tidak berdasarkan ‘mood’, kadang suka kadang tidak.

9. Tahu cara memilah apa yang penting atau apa yang tidak penting yang dilakukannya, agar tercapai cita-citanya.

10. Selalu melihat keadaan yang tidak menyenangkan yang dihadapinya sebagai sesuatu yang sifatnya sementara dan selalu ada jalan keluar untuk itu.

11. Punya jiwa besar yang selalu memberikan dukungan terhadap orang lain, sehingga mampu melihat kesuksesan orang lain sebagai tantangan/motivasi untuk membuatnya lebih maju.

12. Selalu punya sikap positif terhadap apa yang didapatkannya. Karena di dunia ini dalam setiap hal selalu ada 2 hal yang datang bersamaan, ada positif dan ada negatif.

13. Selalu mampu bersyukur atas apa yang diterimanya. Sehingga mampu menikmati proses demi proses tahapan yang harus dilalui untuk menjadi orang yang sukses.


»»  Baca Selengkapnya

5 Gaya Pacaran Paling Negatif di Kalangan Remaja


Masa remaja adalah masa yang paling indah sekaligus masa yang paling mudah membuat kehancuran. Memang menyenangkan bila dikerjakan, namun penyesalan selalu datang akhir dengan kekecewaan yang teramat dalam. Berpacaran salah satunya, munafik apabila kaum remaja belum pernah merasakan jatuh cinta dan menjalin hubungan lebih serius. Namun demikian fenomena yang terjadi mengungkapkan banyaknya penyimpangan oleh kaum remaja dalam berpacaran. Apa saja itu? Berikut merupakan 5 Tren berpacaran paling negatif di kalangan remaja versi Putrie Jrs.



Membaca judulnya, sudah pasti mengarah ke hal-hal negatif. Dan kenyataannya memang benar begitu, kaum remaja sekarang lebih menyukai kencan di tempat yang terkesan gelap dan sepi sehingga tidak akan ada yang mengganggu acara "bermesraan" mereka. Namun demikian di sinilah setan membujuk manusia untuk berbuat nista. 

Sedikit menyinggung kaum laki-laki, jika memang merasa ingin melakukan hubungan yang serius, bukannya lebih baik berpacaran di rumah si wanita? Dengan begitu tidak akan ada kecurigaan antara orang tua dan anak serta orang tua dapat memantau aktivitas anak sehingga hal-hal negatif yang ditakutkan orang tua tidak akan terjadi. Perlu diwaspadai bagi lelaki yang sering mengajak gadis pujaannya keluar rumah, ditengarai lelaki tersebut punya kehendak tidak baik. 


Pasti ngeri saat mendengar kalimat ini. Namun pada kenyataannya fenomena ini bukan lagi isapan jempol belaka. Banyak gadis yang mengukir nama kekasihnya di lengan mereka sebagai tanda cinta abadi. Jika dipikir dengan logika dan pemikiran ilmiah, alasan ini sungguh tak masuk akal. Bayangkan jika suatu hari hubungan keduanya kandas, betapa sakit dan malu yang didera si cewek dengan bekas ukiran nama mantan kekasih yang permanen dan melekat hingga Ia meninggal.


Kegiatan ini dimulai dengan menusukkan ujung jari telunjuk dengan benda tajam seperti tangkai kayu lancip atau pecahan kaca oleh sepasang kekasih. Ritual ini dibarengi dengan ucapan janji sehidup semati dan diakhiri dengan pagutan -ciuman bibir-. Terdengar romantis memang, cara ini sempat dipublikasikan melalui video klip Agnes Monica di lagu yang berjudul tanpa kekasih. Jika dikaji ulang, kegiatan ini sama-sama tidak bermutu. Belum tentu cara ini mampu mengutuhkan rasa cinta dan belum pasti pula janji mereka dapat terlaksana.


Senada dengan cara berpacaran negatif nomor satu, berpacaran di kamar juga merupakan cara yang aneh dalam memilih tempat bermesraan. Dan, jika tempatnya sudah di kamar pasti pemikiran negatif makin mencuat. Untuk kalimat selanjutnya, bisa diimajinasikan sendiri menurut kreatifitas masing-masing :)


Bukan lagi hal aneh apabila diketahui seorang wanita yang belum jelas ikatan pernikahannya sudah tidak lagi perawan. Mohon maaf bila menggunakan bahasa yang vulgaristik. Fenomena ini bukan lagi tabu di era ini, justru menjadi tren dan hal yang harap dimaklumi. Seluruh segi masyarakat dari tingkat menengah ke atas hingga menengah ke bawah menjadi korban keganasan mulut lelaki. Wanita yang melakukan kegiatan ini juga sangatlah bodoh, memberikan hal yang sangat istimewa dalam hidupnya secara cuma-cuma. Bagaimana nasib suaminya kelak?

Semoga bermanfaat sebagai media menjauhkan diri dari hal-hal nista.

»»  Baca Selengkapnya

Kisah Tragis Dibalik Lagu 'Hymne Guru'

Siapa yang tak kenal lagu ini lirik hymne guru berjudul “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa“? Masih terngiang betapa di era 1980-an, lagu ini sangat sering dinyanyikan di sekolah-sekolah. Sebab setiap upacara bendera pada hari Senin, lagu ini selalu dinyanyikan.



Istilah “pahlawan tanpa tanda jasa” bahkan kemudian menjadi ikon yang disematkan kepada para guru. Siapa sangka bila “sang pahlawan” yang tanpa tanda jasa itu sejatinya dialami si pencipta lagu tersebut. Ya, Sartono, pencipta lagu yang juga guru itu di masa senjanya hidup dalam kesederhanaan. Laki- laki asal Madiun yang genap berusia 72 tahun, 29 Mei ini, tinggal rumah sederhana di Jalan Halmahera 98, Madiun. Sejak ia mengajar musik di SMP Purna Karya Bhakti Madiun pada 1978, hingga “pensiun” pada 2002 lalu, Sartono tetap menyandang guru honorer. Ia tak punya gaji pensiunan, karena statusnya bukan guru Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Kawan-kawan sesama guru sempat membantu mengajukan dia menjadi PNS. “Katanya sih sering diajukan nama saya, tetapi sampai saya pensiun dari tugas sebagai guru, PNS untuk saya kok tidak datang juga,” kata Sartono.

Sartono memang minder dengan latar belakang pendidikannya yang tak tamat SMA. Ia mengajar di SMP Purna Karya Bhakti, yang belakangan lebih dikenal sebagai SMP Kristen Santo Bernadus, berbekal bakatnya di bidang musik. Sartono yang beragama Islam itu melamar di Santo Bernadus berbekal sertifikat pengalaman kerja di Lokananta, perusahan pembuat piringan hitam di Solo, Jawa Tengah.

Hidup serba dalam kesempitan, tak membuat Sartono meratapi nasib. Ia merasa terhibur, dengan kebersamaan dengan Damiyati, BA, 59 tahun, isterinya yang guru PNS. Damiyati dinikahi Sartono pada 1971. Dari pernikahan mereka belum jua dikaruniai anak. Sehingga mereka mengasuh dua orang keponakan. Damiyati yang juga guru, juga seniman biasa manggung bersama Ketoprak Siswo Budoyo Tulungagung, di masa mudanya.

Kehidupan sehari-harinya kini hanya dari pensiun istrinya yang tak lebih dari dari Rp 1 juta. Sartono sendiri kala masih aktif mengajar, gajinya pada akhir pengabdiannya sebagai guru seni musik cuma Rp 60.000 per bulan. “Gaji saya sangat rendah, bahkan mungkin paling rendah diantara guru-guru lainnya,” katanya mengenang masa lalunya.

Kala masih kuat, Sartono menambal periuk dapurnya dengan mengajar musik. Sepekan sekali, Sartono yang pandai bermain piano, gitar, dan saksofon, ini rutin mengajar kulintang di Perhutani Nganjuk, sekira 60 kilometer dari rumahnya di Madiun.



Jalan menjadi guru berawal dari kegemarannya bermain musik. Putra sulung dari lima bersaudara ini sebenarnya lahir dari keluarga cukup berada. Maklum, ayahnya R. Soepadi adalah Camat Lorog, Pacitan. Sartono kecil memang suka bermain musik secara otodidak. Namun, hidup nyaman tak bisa dirasakan berlama-lama. Ketika ia berusia 7 tahun, Jepang menduduki Indonesia. Ayahnya pun tak lagi menjabat camat.

Sartono, bersama empat adiknya, Sartini, Sartinah, Sarwono dan Sarsanti, tak bisa mengenyam pendidikan tinggi. Ia sendiri putus sekolah kala kelas dua di SMA Negeri 3 Surabaya. Ia kemudian bekerja di Lokananta, perusahaan rekaman dan produsen piringan hitam. “Saya Lupa tahun berapa itu, tapi saya hanya bekerja selama dua tahun saja,” kata Sartono, yang mengaku sudah susah mengingat tahun.

Selepas kerja di Lokananta, Sartono bergabung dengan grup musik keroncong milik TNI AU di Madiun. Ia bersama kelompok musik tentara itu pernah penghibur tentara di Irian. “Di sana selama tiga bulan,” jelasnya.

Ihwal penciptaan lagu himne guru itu boleh dibilang tak sengaja. Ketika itu, tahun 1980, Sartono tengah naik bis menuju Perhutani Nganjuk, untuk mengajar kulintang. Di perjalanan, secara tidak sengaja ia membaca di secarik koran, mengenai sayembara penciptaan lagu himne guru yang diselenggarakan Depdiknas. Hadiahnya besar untuk saat itu, Rp 750.000. Waktu yang tersisa dua pekan, untuk merampungkan lagu.

Sartono yang tak bisa membaca not balok ini, mulai tenggelam dalam kerja keras mengarang lagu saban harinya. “Saya mencermati betul seperti apa sebenarnya guru itu,” jelas Sartono sambil memulai membuat lagu itu.

Waktu sudah mepet, lagu belum juga jadi. Sartono pusing bukan kepalang. Syairnya masih amburadul. Pada hari pertama Hari Raya Idul Fitri, Sartono tidak keluar rumah. Ia bahkan tak turut beranjang sana mengantar istri dan dua keponakannya silaturrahmi ke orangtua dan sanak famili. “Saat itu kesempatan bagi saya untuk membuat lagu dan syair secara serius,” katanya. “Waktu itu saya merasa begitu lancar membuat lagu dan menulis syairnya.”

Awalnya, lirik yang ia ciptakan kepanjangan. Padahal, durasi lagu tak lebih dari empat menit. Sartono pun berkali- kali mengkajinya untuk mengetahui mana yang harus dibuang. “Karena panjang sekali, maka saya harus membuang beberapa syairnya,” jelas Sartono. Hingga muncullah istilah “pahlawan tanpa tanda jasa.”

“Guru itu juga pahlawan. Tetapi selepas mereka berbakti tak satu pun ada tanda jasa menempel pada mereka, seperti yang ada pada polisi atau tentara,” katanya.

Persoalan tak begitu saja beres. Lagu ada, Sartono kebingungan mengirimnya ke panitia lomba di Jakarta. Sebab ia tidak punya uang untuk biaya pengiriman via pos. “Akhirnya saya menjual jas untuk biaya pos,” katanya. Sartono menang. “Hadiahnya berupa cek. Sesampainya di Madiun saya tukarkan dengan sepeda motor di salah satu dealer,” kata Sartono.

Lagunya melambung, Sartono tidak. Sang pencipta tetap saja menggeluti dunia mengajar sebagai guru honorer hingga “pensiun.” Kalaulah ada penghargaan selain hadiah mencipta lagu, “cuma” beberapa lembar piagam ucapan terimakasih. Nampak piagam berpigura dari Gubernur Jawa Timur Imam Utomo yang diberikan pada 2005. Pak Gubernur juga memberikan bantuan Rp 600.000, plus sebuah keyboard.

Piagam lainnya diberikan Menteri Pendidikan Nasional Yahya Muhaimin pada 2000. Kemudian piagam dari Menteri Pendidikan Nasional Bambang Soedibyo pada 2005, plus bantuan uang. “Isinya enam ratus ribu rupiah,” kata Sartono.

Tahun 2006 lalu, giliran Walikota Madiun yang dalam sepanjang sejarah baru kali ini memberikan perhatian kepadanya. “Pak Walikota menghadiahi saya sepeda motor Garuda,” kata Sartono seraya menunjuk sepeda motor pemberian Walikota Madiun.

Meski minim perhatian, Sartono tetaplah bangga, lagunya menjadi himne para guru. Pekerjaan yang dilakoninya selama 24 tahun. Pengabdian yang tak pendek bagi seorang pahlawan tanpa tanda jasa


»»  Baca Selengkapnya

Kampung Artis Menjadi Buah Bibir Turis Asing

Jika Anda penggemar sinetron Indonesia, Anda perlu mampir ke Kampung Artisyang berlokasi di Jl. Raya Cipayung, Komplek Binamarga, TMII, Jakarta Timur. Kampung Artis terkenal sebagai area lokasi shooting untuk berbagai sinetron dan film Indonesia. Hampir 80 persen dari sinetron dan film produksi Indonesia menggunakan Kampung Artis sebagai lokasi shooting.

Kampung Artis sendiri memiliki sekitar 40 bangunan untuk keperluan setting. Bangunan antara lain sekolah, tempat ibadah, restoran, bahkan rumah sakit. Selain itu terdapat pula salon, kantor, sampai rumah. Ada rumah sederhana, rumah modern, dan vila. Belum lagi rumah tradisional seperti rumah Betawi dan rumah Joglo.

Banyaknya variasi setting ini membuat pekerja film dan sinetron menjadi mudah dalam bekerja. Mereka bisa shooting di satu lokasi yang sama tanpa perlu pindah-pindah lokasi terlalu jauh. Apalagi Kampung Artis dilengkapi dengan studio rekaman serta penyewaan peralatan shooting dan perlengkapan properti shooting.

Awalnya tempat ini merupakan tempat berkumpulnya seniman musik dangdut dari Gajah Mada Record. Anda tentu kenal Mbah Surip. Nah, Mbah Surip salah satu seniman dari Kampung Artis. Masyarakat umum boleh datang ke Kampung Artis. Selain pengunjung dapat melihat dan berfoto-foto di setting, pengunjung juga dapat melihat langsung proses shooting jika kebetulan sedang ada produksi sinetron atau film.

Bahkan beberapa pengunjung yang datang merupakan wisatawan mancanegara dari Singapura, Malaysia dan Brunei. Memang beberapa sinetron Indonesia sangat laku di negeri jiran. Mereka khusus datang karena ingin melihat lokasi shooting dari sinetron favorit mereka. Syukur-syukur bisa melihat langsung acting artis dan aktor pujaan.

Rencananya, Kampung Artis akan dilengkapi dengan panggung, penginapan, toko suvenir, dan restoran. Selain itu akan ada fasilitas pendidikan acting dan pendidikan seni tari, sehingga wisatawan asing yang datang bisa menginap sambil ikut belajar akting atau menari.

Apalagi sejak 6 November 2010 yang lalu, Kampung Artis dicanangkan sebagai objek wisata daerah Jakarta Timur oleh Suku Dinas Pariwisata Jakarta Timur. Karena itu perlu penambahan fasilitas yang menunjang Kampung Artis menjadi tempat wisata. "Kampung Artis akan menjadi tempat pariwisata dalam dan luar negeri. Jadi nanti mungkin planning-nya untuk ke depan setiap hari di jam 4-5 ada acara," tutur Sugama Trisnadi, Direktur Utama Kampung Artis.

Acara yang ditampilkan adalah seni tradisional seperti Jaipongan dan Ondel-Ondel. Sebagai pertunjukan utama, akan tampil Wayang Betawi Kolaborasi hasil kreasi Tan Deseng, seniman kawakan yang telah mendapat berbagai penghargaan seni dalam dan luar negeri. Seni Wayang Betawi ini dipadu dengan lagu asal Tiongkok dan Karawitan Sunda dan Jawa.

Kelak, Kampung Artis tidak menutup kemungkinan akan menjadi Universal Studio Singapura. Hanya saja, Kampung Artis masih memiliki kendala dana. "Kita di sini masih mencari investor dalam atau luar negeri," kata Sugama. Ke depannya, Kampung Artis juga akan mengembangkan wisata kuliner. Jadi, cobalah bertandang ke Kampung Artis. Siapa tahu Anda akan bertemu pemain sinetron favorit Anda.


»»  Baca Selengkapnya
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...