Sangat banyak bilangan SATU disebut dalam  Alqur’an. Dengan melihat karakteristik bilangan SATU, semoga kita bisa  mengambil manfaat dan hikmah yang terkandung  di dalamnya.
 - Dalam ilmu matematika bilangan SATU merupakan awal dari bilangan asli. Kalau diperhatikan, semua bilangan berasal dari bilangan SATU ini. Artinya, tidak mungkin seseorang yang menghitung akan sampai pada angka / bilangan : dua, tiga, …, 1000 sebelum dia melalui bilangan SATU.
 - Bilangan SATU adalah sumber dari bilangan lainnya. Dengan kata lain, semua bilangan (berapa pun besarnya) ia merupakan derivative dari SATU.
 - Asma Allah yang berkenaan dengan bilangan SATU adalah Al-Awwal (Maha Permulaan), Al-Wahid (maha Tunggal), Al-Ahad (Maha Esa).
 
Dengan memahami bahwa SATU adalah awal  dari bilangan lain, maka dalam setiap perjalanan mengarungi bilangan  usia, dimana saja dan berapa pun besarnya, kita akan teringat bahwa pada  bilangan tersebut akan berjumpa dengan bilangan SATU, dan akan bertemu  dengan kegiatan awal. Artinya semua bilangan mengandung bilangan SATU,  terlepas ia sadar atau tidak.
 Ternyata semua bilangan mengandung angka satu dan terdiri dari atas bilangan satu.
 contoh :
 9 = 1 + 8
 9 = 1 + 1 + 7
 9 = 1 + 1+ 1+ 6
 atau pada hakekatnya :
 9 = 1 + 1 + 1 + …………….(sampai sembilan kali)
 Demikian juga dengan bialangan lain.  Semua berasal dan mengandung bilangan SATU. Bahkan Allah SWT  menginformasikan bahwa keberadaan manusia yang teridiri dari beraneka  ragam bentuk dan suku bangsa sebagaimana yang kita kenal sekarang ini,  dahulunya dari diri yang satu.
 QS. An-Nisa’ : 1
 Hai Sekalian manusia  bertaqwalah kepada Tuhanmu yang tekah menciptakan kamu dari diri yang  satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada  keduanya Allah memperkembangbiakkan  laki-laki dan perempuan yang  banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya  kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah (hubungan)  silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
 Demikian juga halnya dengan seluruh alam  benda yang ada sekarang ini. Semua asalnya dari satu titik. Kemudian  meledak, meluas secara teratur dan terbentuklah berbagai macam benda  langit yang memenuhi angkasa raya seperti sekarang ini. Ada planet,  satelit, bintang, tata surya, galaksi, super cluster dan sebagainya.
 Semua berasal dari yang satu. Semua  berasal dari bilangan ‘satu’. Maka tentu saja hal ini merupakan cerminan  dari keberadaan Tuhan yang hanya satu. Sebagai Al-Awwal dan Al-Akhir  yang hanya Dialah satu-satunya.
 Jika diperhatikan rumus matematika sebagai berikut :
 Rumus : n / n = 1
 (dengan syarat n bukan = Nol)
 misalnya :
 2/2 = 1
 1.000 / 1.000 = 1
 1 milyar / 1 milyar = 1
 Betapapun besar nilai suatu angka, selama  ini belum / atau tidak mencapai nilai yang besarnya tak terhingga dan  bukan bilangan nol, jika dibandingkan dengan dirinya sendiri, ia akan  mendpatkan nilai satu.
 Betapapun besar diri kita, dan sudah  sampai berada pada bilangan mana kita mengembara (ilmu, kekayaan,  kedudukan, prestasi), lihatlah dengan seksama diri kita. Akan kita lihat  Al-Ahad di situ.
 “Barang siapa yang mengenal dirinya niscaya ia akan mengenal Tuhannya” .    
 Bilangan Satu (Ahad) sangat cinta kepada  bilangan yang lain, asalkan bilangan tersebut mempunyai nilai (bukan  nol). Jika bilangan Satu tersebut dikalikan (baca : didekatkan) dengan  bilangan lain, berapapun besarnya, ia akan menjadi / nempel pada  bilangan tersebut.
 Contoh :
 1 X 5 = 5
 1 X 77 = 77 
 1 X 2009 = 2009
 dan seterusnya……….
 Maka, jika Allah (Yang Maha Satu) sudah  cinta kepada seorang hamba, orang tersebut akan selalu bersamaNya ke  mana saja, di mana saja dan kapan saja, sebab Dia telah menempelkan  Rahman dan Rahimnya untuk kekasih yang dicintaiNya tersebut………. Subhanallah.
 Manakah ada kegiatan di dunia ini yang  tanpa awal dan permulaan? Manakah ada hitungan dalam kita membilang  tanpa bertemu dengan bilangan satu? Belumkah kita menyadari bahwa  sebagai Al-Wahid, Al-Ahad, Al-Awwal, Allah selalu ada dan menyaksikan  setiap aktivitas dalam kehidupan manusia.
 Atau, kalaulah kita belum bertemu juga dengan Dia dalam setiap kegiatan. Jangan-jangan kita seperti bilangan NOL yang tak punya nilai di hadapanNya. Mangapa?
 Mungkin kita lupa karena terlalu sibuk  mengurusi duniawi, sehingga Dzat Yang Maha Terang dan Maha Bercahaya,  menjadi tersembunyi dan kabur karena kesibukan kita. Padahal, Dia begitu  dekatnya pada kehidupan manusia…………
 Mari kita berkaca! Sebenarnya apa yang  kita cari seharian tanpa kenal lelah itu, kalau akhirnya bertambah jauh  dari Sang Pemilik Rezeki, Sang Pemilik Ilmu, Sang Pemilik Cahaya, dan  Sang Pemilik jiwa manusia ini?


