QS. Al Hujuraat (49) : 13.
 “Hai manusia, sesungguhnya  Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan  menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling  kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu  disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya  Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
 Manusia yang ada di bumi ini sebenarnya  adalah bersaudara. Kita satu turunan yang berasal dari Bapak dan ibu  yang sama yaitu Adam dan Hawa. Kemudian berpisah dan terpencar-pencar  menjadi suku-suku serta berbangsa-bangsa, dengan karakteristik dan  budaya lokal yang sangat beragam. Maka, kehidupan di dunia inipun  demikian indahnya.
 Karena masih bersaudara maka kita  memiliki sifat dasar yang sama, khas keluarga manusia. Sehingga kita  punya potensi membentuk tatanan kehidupan yang harmonis, saling  membutuhkan, saling membantu dan saling membahagiakan. Bukan budaya  saling menyakiti dan menyengsarakan. Apalagi saling menghancurkan.
 Asal muasal kita adalah satu keluarga,  karenanya kita mesti menjadi satu keluarga kembali. Meskipun sudah  berjumlah enam miliar orang penduduk  bumi. Allah memerintahkan untuk  saling kenal mengenal antar sesama saudara yang cendrung semakin  terpisah ini. Kembali membentuk keluarga yang sejahtera, damai dan  bahagia.
 Seharusnya tidak ada satupun yang lebih  baik atau lebih buruk di antara kita. Tak ada yang lebih berkuasa atau  pantas dikuasai diantara kita. Demikian pula tak ada yang lebih mulia  atau nista diantara kita. ‘Kualitas’ kita diukur dan ditentukan oleh  sebuah ukuran universal yang sama.
 Bukanlah orang yang mulia itu orang yang  paling gagah-cantik, kaya, berkuasa, warna kulit, keturunan dan  sebagainya. Melainkan yang paling banyak bermanfaat bagi manusia. Dalam  istilah Alqur’an disebut dengan Taqwa
 QS. Al Hujuraat 49 :13.
 “Hai manusia, sesungguhnya  Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan  menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling  kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu  disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya  Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”    
 Maka berdasarkan pada nilai-nilai  universal itulah Allah memberikan perintah lewat para Rasulul agar  membentuk tatanan kehidupan dunia yang adil dan sejahtera. Menyenangkan  dan membahagiakan.
 Takwa merupakan nilai univerval yang  diletakkan oleh Allah SWT. Siapa yang mencapai nilai itu maka disebut  mempunyai kualitas baik dan siapa yang tidak mencapai nilai itu maka  disebut punya kualitas jelek.
 Banyak ayat-ayat Al-qur’an yang menerangkan masalah taqwa, diantaranya adalah :
 QS. Ali ‘Imran (3) : 133-135
 “Dan bersegeralah kamu kepada  ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan  bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu)  orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun  sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan  (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.  Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau  menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun  terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa  selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya  itu, sedang mereka mengetahui.”   
 Orang-orang yang bertakwa itu adalah  orang yang suka menafkah hartanya membantu orang lain. Punya rasa  solidaritas sosial yang tinggi untuk membantu sesama manusia. Tidak saja  saat sedang punya harta yang banyak, melainkan pada saat susahpun masih  juga melakukan aktifitas sosial. Ia sangat peka dengan lingkungan  sekitar. Perilaku semacam ini muncul dari hati yang ikhlas, karena sadar  bahwa yang lain  masih  satu keluarga dengan ia. Sehingga ia tidak  berat memberikan bantuan semampunya.
 Kemudian orang bertakwa itu punya  karakter tidak gampang marah sekaligus pemaaf alias tidak pendendam. Ini  menunjukkan kemampuan kontrol diri yang sangat baik. Kondisi apapun ia  sangat sulit marah dan cendrung untuk memikirkan permasalahan yang ada  dan mencari jalan keluarnya. Sebab ia menyadari bahwa marah itu memang  tidak ada gunanya. Seandainya ia marah, marahnyapun dalam rangka  perbaikan dan cara pelepasannya dengan baik dan bijak.
 Tentu sangat sulit memaafkan kesalahan  orang lain yang sudah berbuat jahat kepada kita. Tetapi bagi orang  bertakwa sangat mudah  memaafkan kesalahan orang lain. Sebab ia  memandang kualitas seseorang pada saat itu bukanlah kualitas final,  melainkan masih berproses menjadi lebih baik dan terus meningkat.  Kecuali bagi orang-orang yang sengaja kafir dan menentang kebenaran.  Maka dengan orang-orang semacam ini kita harus berhati-hati.
 Bisa kita banyangkan jika sebuah  peradaban seperti itu, tentulah terbentuk tatanan  masyarakat yang  sejahtera, indah serta damai.  Tidak ada kepentingan menyakiti orang  lain, saling membantu, saling menguatkan dan saling memberi maaf.  Bahkan  saling mendo’akan satu sama lainnya.
 Betapa hebatnya konsep takwa jika  diterapkan dalam kehidupan manusia dalam bermasyarakat, berbangsa,  bernegara dan berhubungan internasional.
 Konsep takwa itu memberikan harapan besar  terwujudnya masyarakat yang damai dan sejahtera. Kebaikan-kebaikan dan    akan terpancar dimana-mana, mulai dari tingkat lokal, nasional sampai  internasional. karena telah terjadi  saling membantu dan saling memahami  satu dengan yang lainnya.
 Saat ini kondisi masyarakat takwa yang  kita mimpikan  itu masih jauh. Justru yang ada adalah saling menjajah,  saling memaki-mencaci, saling tipu-menipu, saling peras memeras, saling  tekan menekan, dan hampir seluruh aktifitas  menjurus pada keburukan dan  angkara mungka.
 Kondisi ini  sangat memperihatinkan kita  semua, karena masing-masing mementingkan diri sendiri. Kadang-kadang  senang melihat kondisi orang lain susah dan susah melihat kondisi orang  senang.
 Kejahatan tidak saja tingkat lokal dan  nasional seperti perampokan, pencurian, tipu menipu antar warga, todong  menodong, pembunuhan  dan seluruh bentuk kerusakan lainnya. Juga terjadi  kejahatan tingkat internasional seperti Negara super power yang  memperlakukan Negara-negara kecil dengan semena-mena dengan dalih Hak  Azasi Manusia. Tapi sangat disayangkan dibalik itu semua, bertujuan  untuk penjajahan dan penguasaan hasil alam dan kepentingan lainnya.  Walaupun Negara-negara lain berteriak itu salah…..!!! Namun negara super  power ini tidak bergeming. Dasar muka badak alias tebal muka. Negara  super power ini memasang standar ganda, jika ia berbuat menyebutnya HAM,  menjaga kedamaian dan sebagainya. Sementara kalau ada negara lain yang  beraksi disebut sebagai teroris, pelanggaran HAM dan semacamnya. Sungguh  tidak adil……………
 Orang-orang kaya tidak lagi peduli dengan  orang miskin. Kalau perlu ditambah miskin lagi supaya si kaya bisa  berbuat semena-mena. Yang punya kekuasaanpun begitu, tidak memperhatikan  rakyatnya. Rakyat kalau perlu terus ditekan untuk melayani penguasa.  Ternyata konsep pemimpin sudah berubah dan terbalik. Padahal konsep  pemimpin adalah melayani rakyat. Bukan rakyat yang melayani pemimpinnya,  tetapi sudah diubah menurut kemauan sang penguasa.
 Sungguh telah jauh melenceng peradaban  manusia ini. Lalu peradaban semacam apa yang sedang berlangsung? Tidak  ada kedamaian, tidak ada ketenangan dan jauh dari kesejahteraan. Yang  ada ketakutan, kesedihan, kemiskin dan kelemahan. Sangat memprihatinkan  kita semua…………
 Karenanya menjadi tugas kita bersama  mengembalikan peradaban manusia menjadi peradaban yang penuh dengan  kedamain, keindahan serta kesejahteraan lahir dan bathin. INGAT KITA BERSAUDARA……………..
 Semuanya akan terwujud jika manusia mau  kembali kepada konsep takwa yang telah diberitakan oleh Penguasa Alam  Semesta yaitu Allah SWT.
 QS. Ali ‘Imran (3) : 138.
 “(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”


