Terlalu banyak menonton hal-hal berbau porno di internet, ternyata bisa menurunkan kualitas seks pria. Berdasarkan penelitian, konsumsi konten-konten porno berupa gambar dan video yang berlebihan menyebabkan banyak pria (khususnya pria usia muda) kurang sensitif dan tidak bisa bergairah ketika melakukan hubungan seks di dunia nyata.
Penelitian yang telah dimuat dalam jurnal ‘Psychology Today’ ini pun memberikan fakta baru bahwa impotensi tidak lagi menjadi gangguan seks yang menyerang pria usia paruh baya. Kini banyak pula pria berusia 20-an ke atas yang diketahui tidak bisa bercinta dalam kondisi ‘normal’.
Jurnal yang berjudul ‘Porn-Induced Sexual Dysfunction is a Growing Problem’ itu menjelaskan, kehilangan libido pada pria kini bisa terjadi 30 tahun lebih awal. Hal ini disebabkan stimulasi berlebihan pada dopamin yang terjadi secara sering dan terus menerus.
Seperti diketahui, dopamin merupakan hormon yang mengaktifkan reaksi tubuh pada kenikmatan seksual dan rangsangan seksual. Ketika hormon tersebut terstimulasi secara berlebihan, akan menimbulkan kondisi yang dinamakan ‘paradoxial effect’ atau ‘dopamin spike’ yaitu keadaan dimana otak kehilangan kemampuan untuk merespon sinyal-sinyal dari hormon dopamin. Artinya, pria yang kecanduan pornografi cenderung mengharapkan pengalaman seks yang lebih ekstrim untuk membuatnya terangsang.
“Kata-kata, gambar dan video erotis sebenarnya sudah ada sejak dulu. Tapi kehadiran internet sekarang ini membuat orang lebih mudah untuk mengakses konten pornografi lebih banyak, sehingga menimbulkan ‘dopamine spikes’,” jelas Marnia Robinson, penulis penelitian tersebut, seperti dikutip dari Daily Mail.
Ditambah lagi dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, sekarang ini para pengguna internet bisa bebas membuka beberapa halaman sekaligus, mencari, mempercepat adegan yang ingin dia tonton, sex chat atau menonton adegan seks yang ekstrim bahkan ‘hardcore’.
“Semuanya bebas, mudah diakses, tersedia hanya dalam hitungan detik. Anda bisa menikmatinya 24 jam sehari, tujuh hari seminggu,” ujar Marnia.
Kondisi yang lebih memprihatinkan lagi, pada beberapa pecandu, respon terhadap dopamin bisa turun sangat drastis yang menyebabkan mereka tidak bisa ereksi tanpa ‘dipancing’ konten porno di internet. Marnia mengatakan, banyak di antara mereka yang syok saat mengetahui sensitivitas mereka terhadap stimulasi seks secara normal hilang.
“Ketika mereka mencoba berhubungan seks secara nyata tapi ternyata tidak bisa, mereka jadi panik. Kini sudah saatnya para pria memahami bahwa konsumsi pornografi bisa jadi penyebab utama gangguan performa seksual,” kata Marnia.
Marnia menambahkan, kecanduan ini bisa saja disembuhkan dalam beberapa bulan, dengan mengurangi atau menghilangkan sama sekali kebiasaan menonton pornografi di internet. Tapi tentu saja, hal itu bukan perkara mudah. Selama masa penyembuhan, penderita biasanya akan mengalami insomnia, lekas marah, panik, putus asa, sulit konsentrasi bahkan gejala flu.