Subscribe:

Ads 468x60px

Sunday, February 20, 2011

Islam dan Keindahan Indonesia

Agama Islam datang membawa cahaya melawan kegelapan, membawa ilmu dan kearifan melawan kejahiliyahan, menyempurnakan budi pekerti, dan membangun peradaban. Dengan nilai-nilai luhur itulah, Islam dapat menjaga dan mengembalikan keindahan Indonesia.
Demikian ditegaskan pengasuh Pondok Pesantren Taman Pelajar Rembang, Jawa Tengah, KH Ahmad Mustofa Bisri, dalam pidato penganugerahan Doctor Honoris Causa (HC) bidang kebudayaan Islam dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, Sabtu (30/5).
Hadir pada acara itu di antaranya, Menteri Agama Maftuh Basyuni, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua Mahkamah Konstitusi M Mahfud MD, Ketua Aisyiyah Prof Dr Chamamah Soeratno, dan Sekjen MUI Ichwansyam.
"Umat Islam yang mayoritas, dapat membuat Indonesia indah atau jelek, tergantung pada seberapa jauh pemahaman dan penghayatan mereka tentang keindahan Islam," katanya lebih jauh.
Menurut dia, Allah SWT menyintai keindahan dan menciptakan alam semesta yang indah, menurunkan kitab suci Alquran yang indah kepada Rasul yang berpribadi sangat indah, juga merahmati sekalian alam dengan keindahan.
Keindahan Al Qur'an ini lantas diejawantahkan oleh Rasulullah SAW dalam perilaku dan tatanan kehidupan yang indah. Sehingga, peradaban Islam menhadi begitu menghargai manusia dengan seluruh potensinya, baik jasmani maupun rohani.
Selain itu, menjunjung tinggi martabat kemanusiaan yang dimuliakan Allah, peradaban yang mengagungkan keadilan dan kebajikan, penegakan hukum, dan persamaan hak.
"Peradaban Islam adalah peradaban yang indah dan merupakan rahmat bagi sekalian alam," kata dai yang akrab disapa Gus Mus ini.
Namun belakangan, semua keindahan itu dipertanyakan. Bahkan, di negeri yang mayoritas Islam ini, keindahan Islam bukan saja tidak tampak, tetapi dalam banyak hal malah menampakan kebalikannya. "Keindahan Islam seolah tinggal tampak dalam asas-asas atau sila-sila Pancasila tanpa mewujud dalam kehidupan," katanya.
Dijelaskan, asas Ketuhanan Yang Maha Esa, seharusnya mampu memerdekakan manusia, tidak lagi mampu membuat manusia melepaskan diri dari belenggu perbudakan materi, kepentingan dan diri sendiri. Pada gilirannnya, hal ini membuat sila-sila yang lain pun seperti tanpa makna.
Beberapa telaah, lanjut Gus Mus, mencoba mencari penyebabnya. Berbagai pendapat dikemukakan mulai dari menunjuk dangkalnya pemahaman terhadap agama Islam, sedikitnya orang Islam yang memahami Alquran serta pribadi pemimpin agung Nabi Muhammad SAW, dan sebagainya.
"Maka itu, kita dapat mengkaji kembali beberapa konsep keislaman yang selama ini kita pahami. Sebagai mukadimah dalam upaya mengembalikan keindahan Islam," katanya.(ant)


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...