Subscribe:

Ads 468x60px

Monday, February 21, 2011

Pertanyaan Seorang “Gadis” Atheis

Setiap malam tak jemu ia menelepon ku
Kulayani dia, hanya wicara
Ntah apa yang dicarinya

Ada tiga pertanyaannya
Tentang opini ku dari keyakinan ku
Ntah apa yang dicarinya

Ia bertanya:
- Mengapa “Mujahid” mengejar Surga dan Bidadari-Nya dan Gambaran senggama dengannya?
- Jika tuhan ada mengapa ada penderitaan?
- Bukankan tuhan ada karena kita yang menjadikannya ada dalam fikiran kita?

Aku hanya tersenyum, kemudian kembali ku bertanya padanya:
Mana nikmat paling indah dirasakan dimuka bumi? Itulah yang dapat dijadikan simbol kenikmatan paling tinggi itulah gambaran surga dalam simboliknya.
Padahal nikmat surga lebih dari itu.
Jika kamu wanita yang biasa saja, lelaki mana yang kamu dambakan?
Pastilah tentu lelaki sempurna pula, dalam fisik dan pemikiran.
Kamu tidak akan mendapatkannya kecuali dengan cara.
Dan jika kamu mengetahui cara itu, pastilah kamu akan lakukan cara itu demi mendapatkan lelaki sempurna itu terlebih dengan Keridhoan-Nya bila kamu meyakini-Nya.

Penderitaan ada justru karena kita tidak percaya Tuhan atau sebaliknya?
Sejauh perjalananku yang merasakan penderitaan hanyalah mereka yang tidak beriman.
Atau setidaknya ketika imannya berkurang.
Apakah kaum hedonist benar-benar merasakan kebahagiaan dari kebebasannya?.
Tidak, sama sekali tidak, pada akhirnya mereka menumui kehampaan.
Dan penderitaan orang beriman justru karena ia merasa dalam keterikatannya dengan keduniawian.

Pernahkan kamu memikirkan bagaimana tercipta proses berfikir?
Bagaimana bumi dan langit dibentuk, sistem dalam tubuh mahluk hidup, pernahkah kamu benar benar memikirkannya? Aku yakin tidak.
Karena ketidak mampuan kamu memikirkannya, maka kamu tidak mampu pula mengenali dan mengetahui keberadaan-Nya.

Kemudian ia diam,
Lalu bicaranya seputar keindahan
Keindahan dari kenikmatan lelaki dan perempuan.
Ternyata dia sendiri masih membutuhkan.

Itulah fitrahnya.
Ia haus akan belaian.
Ternyata ia dalam ketidak sadaran penuh,
Bahwa akhirnya kesana jua pemikiran manusia

Padahal ia masih di dunia nyata,
Kenikmatan “semu” dari kenikmatan tertinggi duniawi saja ia masih mau merasakannya.
Meski semu.
Padahal itu juga gambaran simbolik kenikmatan surgawi dalam keyakinanku
Ia lupa akan hal itu.

Astagfirullah.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...