Menurunnya kualitas sendi akan membatasi gerakannya. Akibatnya, tulang merubah bentuk agar dapat menahan kerusakan. Seluruh proses ini dikenal dengan sebutan Arthrosis atau pekapuran.
Menurunnya kualitas sendi akan membatasi gerakannya. Akibatnya, tulang merubah bentuk agar dapat menahan kerusakan. Seluruh proses ini dikenal dengan sebutan Arthrosis atau pekapuran.Semua orang dapat terkena perkapuran. Umumnya dimulai pada jangka umur 45 tahun ke atas dengan penderita terbanyak di atas umur 65 tahun. Perkapuran dapat timbul sejak usia muda yaitu, pada umur sekitar 30 – 40 tahun.
Gejala yang umumnya dirasakan sebagai awal dari adanya perkapuran antara lain, sakit pada waktu berdiri atau berjalan, nyeri sewaktu naik dan turun tangga, kekakuan pada sendi, terjadi pembengkakan dan adanya perubahan bentuk pada sendi.
Deteksi awal mengenai perkapuran ini dapat dilihat dari hasil rontgen pada tulang. Apabila tulang rawan rusak, bentuk kaki berubah menjadi “O” atau “X” dan adanya penonjolan perkapuran. Namun, adal kalanya rasa nyeri yang timbul dapat merupakan indikasi adanya perkapuran.
Perkapuran dapat terjadi pada seluruh sendi yang ada. Namun, sendi-sendi yang umumnya mengalami perkapuran adalah di leher, punggung bagian bawah, lutut, dan panggul.
Penanganan terhadap perkapuran ini dapat dibagi menjadi 4 tahapan. Pada tahapan pertama, ditangani dengan pemberian obat dan terapi fisik. Tahapan kedua meliputi apa yang diberikan pada tahap pertama, ditambah dengan injeksi. Pada tahapan ketiga, dilakukan arthroscopy. Dan pada tahapan terakhir atau keempat, diadakan Knee Replacement.
Perkapuran ini tidak dapat dihentikan sama sekali, tapi dapat dihambat dengan cara memperbaiki gaya hidup dan pergerakan. Karena itu, sangatlah penting untuk menjaga berat badan sedari dini. Cara berdiet yang tepat untuk menurunkan berat badan sangat dianjurkan demi menghambat terjadinya perkapuran dini.
Dengkul Kopong
Mungkin istilah inilah yang sering di dengar masyarakat mengenai perkapuran. Dengkul Kopong sering diidentikan dengan mereka yang dengkulnya “berbunyi” ketika digerakan. Meskipun begitu, sebenarnya ada beberapa sendi yang bisa terkena gejala tersebut, tapi yang populer memang dengkul.
Akibat dengkul kopong, banyak orang yang tidak kuat jalan, cepat cape, tidak bisa jongkok, dan gampang terjatuh. Sehingga sering kali menyebabkan sakit, terbatas gerakannya, dan menimbulkan ketergantungan yang tidak jarang berakhir dengan depresi.
Penyebab utama penyakit ini adalah Osteoarthrosis (perkapuran sendi), pekapuran di banyak sendi (biasanya terjadi akibat cidera/keseleo dan banyak terjadi di dunia barat), atau cedera (keseleo, kerja berat, jatuh, olah raga berat).
Dengkul kopong bisa terjadi di banyak usia, terutama mereka yang sudah menginjak usia dewasa. Tapi, menurut Dr. Franky Hartono Sp. OT, F.C.I.S dari RS Pantai Indah Kapuk, di Amerika, penyakit ini menyerang sekitar 12% usia di atas 25 tahun, 50% di atas 60 tahun, dan 80% usia di atas 75 tahun.
Cara kerja sendi dengkul sendiri sebenarnya menyerupai engsel pintu. Bila tidak ada gangguan, gerakannya mulus dan tidak bersuara. Tapi, bila dengkul berbunyi “kretek-kretek” jika digerakkan, bisa jadi merupakan gejala dengkul kopong.
Bunyi yang ditimbulkan tersebut, kata Dr. Franky adalah akibat adanya butiran-butiran tulang muda yang ukurannya bisa sebesar biji kacang kedelai. Butiran-butiran tulang muda tersebut mengganggu kerja sendi dengkul dan menimbulkan bunyi.
Solusi
Dengkul kopong tidak bisa dihindari, tapi bisa dicegah. Caranya dengan memperbaiki diri sendiri dan gaya hidup. Misalnya, dengan mengatur posisi tubuh saat beraktifitas, mengurangi berat badan dengan mengatur pola makan, menguatkan otot dan sendi dengan olah raga. “Olah raga terbaik untuk penderita adalah renang, jogging, dan jalan,” ujar Dr. Franky dalam seminar bertema “Dengkul Kopong, Kok Bisa?” yang diselenggarakan RS Pantai Indah Kapuk.
Bila gejala dengkul kopong ini sudah menyerang, bisa ditanggulangi dengan cara diobati dengan obat-obat inflamasi yang bersifat mengurangi rasa sakit. Di antara obat-obatan tersebut adalah aspirin, NSAID, Cox2-Inhibitor, dan Glucosamin Chondroitin (suplemen alami yang dapat memengaruhi tulang rawan).
Atau dengan cara disuntik dengan Hyaluronic Acid yang bersifat psikositas. Efeknya sebagai pelicin dan mengurangi tekanan serta mengganti cairan alami tubuh. “Orang sering keliru dengan suntikan ini. Mereka banyak mengira kalau Hyaluronic Acid dapat menyembuhkan, padahal tidak begitu,” terang Dr. Franky.
Namun, buat mereka yang memang ingin menghilangkan gangguan dengkul kopong, juga bisa melakukan operasi dengan cara Arthroplasty. Operasi ini akan mengganti lapisan dengkul yang aus dan bengkok dengan sendi buatan sehingga menjadi lurus kembali.
Arthroplasty atau dikenal dengan Total Knee Replacement (TKR) pertama kali dikenalkan pada tahun 1968. Di Amerika, yang melakukan operasi TKR sudah sekitar 300.000 orang setiap tahunnya. Berbeda dengan di Indonesia, masyarakat masih banyak yang takut dengan operasi ini.
Dalam operasi ini, sendi lutut akan diganti dengan yang buatan (prothese). Sendi lutut buatan ini terbuat dari Titanium atau Titanium Hitam. Dalam operasinya, di antara sendi buatan tersebut akan ditempatkan lapisan plastik yang bisa bertahan 15 – 35 tahun.
Sebelum dilakukan operasi, biasanya pasien akan diperiksa kondisi kesehatannya terlebih dahulu. “Kita akan periksa bagaimana kondisi jantung, internis, paru-paru, dan kemungkinan timbulnya komplikasi. Biasanya hal yang sering terjadi adalah pembekuan darah di pembuluh darah akibat stroke atau serangan jantung,” kata Dr. Franky.
Pemeriksaan tersebut akan berlangsung 1 hari sebelum operasi dilakukan. Kegagalan dalam operasi ini diperkirakan sekitar 2%. Tapi, menurut Dr. Franky yang pernah bekerja di RS Belgia dari tahun 1980 – 1986 ini, dokter akan bekerja semaksimal mungkin dan tidak ada kata gagal.
Kapan TKR Dilakukan?
Total Knee Replacement dilakukan bila:
- Nyeri sendi berat yang membatasi aktivitas sehari-hari, termasuk : berjalan, menaiki tangga, duduk atau bangkit dari kursi, kesulitan melangkah lebih dari beberapa blok tanpa nyeri sehingga memerlukan bantuan tongkat atau kursi roda
- Nyeri sendi sedang atau berat saat istirahat, siang atau malam hari
- Peradangan dan pembengkakan sendi yang tidak sembuh dengan istirahat atau obat
- Perubahan bentuk
- Kekakuan sendi
- Kegagalan terapi nyeri dengan obat anti peradangan seperti aspirin dan ibuprofen. Efektivitas obat ini bervariasi pada tiap orang. Kurang efektif pada artritis berat
- Tidak mampu mentoleransi efek samping atau komplikasi obat
- Kegagalan terapi lanjutan lain misalnya, suntikan obat anti radang, pembersihan cairan sendi dengan artroskopi, fisioterapi, atau tindakan bedah lain.
Tindakan pergantian sendi lutut dilakukan dengan bantuan komputer sehingga akurasinya lebih optimal. Komputer dapat membantu menentukan nilai koreksi dari sendi lutut yang sudah mengalami gangguan.
Setelah dilakukan operasi, biasanya pasien akan dapat berjalan kembali dan nyeri sendi berkurang secara nyata. Keterbatasan aktifitas hanyalah pada penekukan sendi lutut yang ekstrim misalnya, berjongkok atau duduk menekuk.