Subscribe:

Ads 468x60px

Thursday, April 14, 2011

JANGAN MELANGGAR ATURAN MAIN – BISA BERBAHAYA!!!

Aturan main yang dimaksudkan di sini adalah SUNNATULLAH. Sunnatullah adalah aturan main atau hukum-hukum yang bekerja di seluruh penjuru alam semesta. Di dalam diri makhluk hidup maupun benda mati termasuk pada diri manusia.
Sebagai contoh, kenapa benda bisa jatuh ke bawah, kenapa bukan ke atas? Karena sunnatullahnya demikian. Allah menciptakan gaya gravitasi pada setiap benda langit, sehingga benda lebih kecil yang berada di dekatnya akan ditarik ke arahnya. Kita menyebutnya ‘jatuh’ ke bumi.
Kenapa ada laki-laki dan perempuan? Kenapa dari perkawinan antara keduanya memunculkan anak? Ya, sunnatullahnya memang demikian. Allah menciptakan manusia lewat ‘jasa’ laki-laki dan perempuan, secara berpasang-pasangan.
Kenapa orang yang  berbuat jahat akan memperoleh balasan jahat juga? Sedangkan yang berbuat baik akan mendapatkan balasan baik? Ya, karena memang begitulah sunnatullahnya. Ada resonansi gelombang alam semesta yang menyebabkan semua itu terjadi mengikuti hukum sebab akibat.
Alam semesta ini memiliki aturan main tertentu yang bisa kita gambarkan pola-polanya dan bisa dirumuskan. Itulah sunnatullah – hukum Allah yang tidak pernah berubah dari dulu sampai nanti. Sejak alam semesta diciptakan sampai mengalami kehancurannya kelak.
QS. AL-Fath (48) : 23
“Sebagai suatu sunnatullah yang telah berlaku sejak dahulu, kamu sekali-kali tiada akan menemukan perubahan bagi sunnatullah itu.”
Sunnatullah adalah hukum-hukum yang tidak mengalami perubahan dari dulu sampai nanti. Ini menjamin kepastian berbagai peristiwa yang terjadi di alam semesta. Sehingga manusia bisa merancang masa depannya. Bisa memprediksi hal-hal tertentu dengan perencanaan yang telah dilakukannya. Bisa melakukan hitungan bisnis, bisa merancang bangunan, mengkalkulasikan dunia  politik, membuat cita-cita, sampai membuat perencanaan berumah tangga. Apa saja yang terkait dengan masa depannya, termasuk apakah ia merencanakan mau masuk surga atau neraka.
Semuanya bisa diusahakan karena Allah sudah menetapkan sunnatullahNya. Meskipun zaman berubah, namun sunnatullah tidak akan berubah. Allah berkehendak memberikan kepastian kepada makhlukNya, agar nanti bisa mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya tanpa ada protes yang disebabkan oleh perubahan aturan.
Sejak dulu Allah menetapkan keseimbangan alam semesta sebagai patokan dasar untuk seluruh peristiwa, maka sampai sekarang dan kelak, tetap saja keseimbangan itu terjadi di seluruh penjuru alam. Manusia yang menabrak keseimbangan alam sekitarnya, bakal menuai masalah, memang begitulah yang akan terjadi dari dulu hingga nanti. Sedangkan orang yang membangun keseimbangan bakal menuai hasil yang menyenangkan, dan inipun begitulah yang akan terjadi pada masa yang akan datang.
QS. Al-Mulk (67) : 3
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”   
QS. Al-Infithaar (82) : 7
“Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu seimbang”.
Alam dan tubuh kita diciptakan oleh Allah dalam keadaan seimbang. Karena itu, Allah selalu mereaksi segala perbuatan kita lewat hukum keseimbangan itu. Dan karenanya, kita bisa memprediksi apa yang bakal terjadi terhadap kita pada masa yang akan datang.
Jika kita memberi aksi mendorong dengan kekuatan  100, maka reaksinya akan keluar 100 juga berupa kekuatan tolak ke arah yang berlawanan, sehingga hasilnya seimbang. Begitulah seluruh peristiwa di alam semesta ini terjadi. Aksi sama dengan reaksi, atau muncul efek osilasi dan berayun-ayun, sehingga memunculkan riak-riak gelombang di sekitarnya.
Kalau kita berbuat jahat kepada alam atau manusia, maka mereka akan mereaksi kita dengan kejahatan yang sama atau lebih besar, sehingga terjadi reaksi osilasi – sekitar kita terkena semua – sampai efeknya mereda. Jika kita tidak segera menyadarinya, dan tetap melakukan kejahatan, maka efek osilasinya bertambah besar. Dan untuk meredamnya membutuhkan energi yang lebih besar lagi, karena efeknya sangat luas.
Demikian  pula dengan kebaikan, perbuatan baik akan menimbulkan reaksi kebaikan juga. Dan semakin besar osilasinya, semakin baik pula hasilnya. Ternyata dalam kebaikan Allah selalu melipatgandakan hasilnya. Sedangkan dalam keburukan, Allah hanya membalasnya secara seimbang saja.
QS. Al-An’aam (6) : 132
“Dan masing-masing orang memperoleh derjat-derjat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya. Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.”
QS. AL-Qashash (28) : 84
“Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.”
QS. Al-An’aam (6) : 160
“Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).”
Demikianlah Allah menetapkan sunnatullahnya secara pasti dan adil, bahkan sangat pemurah kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. Sedangkan kepada orang yang berbuat jahat Dia juga adil, tetapi sangat Pengampun. (AM) Wallahu’alam.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...