Allah swt. berfirman:
“Bersabarlah, dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah.” (Q.s. An Nahl: 127).
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Aisyah menuturkan hadis berikut ini dari Rasulullah saw. yang bersabda:
“Sabar (yang sebenarnya) itu adalah pada saat menghadapi cobaan yang pertama.” (H.r. Bukhari, Tirmidzi dan Nasa’i).
Kemudian sabar dibagi dalam beberapa macam: Sabar terhadap apa yang diupayakan, dan sabar terhadap apa yang tanpa diupayakan.
Mengenai sabar dengan upaya, terbagi menjadi dua: Sabar dalam menjalankan perintah Allah dan sabar dalam menjauhi larangan Nya. Mengenai sabar terhadap hal hal yang tidak melalui upaya dari si hamba, maka kesabarannya adalah dalam menjalani ketentuan Allah yang menimbulkan kesukaran baginya.
Al-Junaid menegaskan, “Perjalanan dari dunia ke akhirat adalah mudah bagi orang beriman, tetapi hijrahnya di sisi Allah swt. adalah sulit. Dan perjalanan dari diri sendiri menuju Allah swt. adalah sangat sulit, tetapi yang lebih sulit lagi adalah bersabar bersama Allah swt.”
Ketika ditanya tentang sabar, al-Junaid menjawab, “Sabar adalah meneguk kepahitan tanpa wajah cemberut.”
Ali bin Abu Thalib r.a. mengatakan, “Hubungan antara sabar dengan iman adalah seperti hubungan antara kepala dengan badan.”
Abul Qasim al Hakim menjelaskan, “Firman Allah swt, ‘Dan bersabarlah,’ adalah perintah untuk beribadat, dan firman Nya, ‘Dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah,’ (Q.s. An Nahl: 127) adalah untuk ubudiyah. Barangsiapa naik dari derajat ‘bagi Mu’ menuju derajat ‘dengan Mu’, maka ia telah beralih dari derajat ibadat ke ubudiyah. Rasulullah saw. bersabda:
“Dengan Mu aku hidup dan dengan Mu aku mati’.”
Abu Sulaiman tentang sabar, dan ia mengatakan, “Demi Allah, kita tidak dapat bersabar dengan apa yang kita sukai, jadi bagaimana pula halnya dengan apa yang tidak kita sukai?”
Dzun Nuun berkata, “Sabar adalah menjauhi pelanggaran dan tetap bersikap rela sementara merasakan sakitnya penderitaan, dan sabar juga menampakkan kekayaannya ketika ditimpa kemiskinan di lapangan kehidupan.”
Ibnu Atha’ berkata, “Sabar adalah tetap tabah dalam malapetaka dengan perilaku adab.” Dikatakan, “Sabar adalah fana jiwa dalam cobaan, tanpa keluhan.”
Abu Utsman berkomentar, “Orang yang paling sabar adalah yang terbiasa dalam kesengsaraan yang menimpa dirinya.” Dikatakan, “Sabar adalah menjalani cobaan dengan sikap yang sama seperti menghadapi kenikmatan.”
Abu Utsman juga berkata, “Pahala yang paling besar bagi amal ibadat adalah pahala untuk kesabaran. Tidak ada pahala lain yang melebihinya. Allah swt. berjanji, “Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”. (Q.s. An Nahl: 96).”
Amru bin Utsman mengatakan, “Sabar adalah berlaku teguh terhadap Allah swt. dan menerima cobaan cobaan Nya dengan sikap lapang dada dan tenang.”
Al Khawwas menjelaskan, “Sabar adalah menetapi ketentuan ketentuan Kitabullah dan Sunnah Rasul.”
Yahya bin Mu’adz mengatakan, “Sabar para pecinta adalah lebih besar daripada sabar orang zuhud. Betapa mengagumkan, bagaima mereka bersabar?”
Mereka telah menyenandungkan:
Kesabaran begitu indah di mana saja,
Kecuali kepadamu,
sabarmu tidaklah indah.
Ruwaym berkata, “Sabar adalah meninggalkan keluh kesah.”
Dzun Nuun berkata, “Sabar adalah meminta pertolongan kepada Allah swt.”
Syeikh Abu Ali ad Daqqaq mengatakan, “Sabar adalah seperti namanya. ” Syeikh Abu Abdurrahman melantunkan syair kepada saya, dari Abu Bakr ar Razy, dari syair Ibnu Atha’:
Aku akan bersabar untuk ridha Mu,
sedang rindu menghancurkan diriku.
Cukuplah bagiku bahwa Engkau ridha,
meskipun diriku hancur karena sabarku.
Abu Abdullah bin Khafif mengatakan, “Sabar ada tiga macam: Sabar orang yang berjuang untuk bersabar (mutashabbir), sabar orang yang sabar (shabir) dan sabarnya orang yang sangat sabar (shabbaar).”
Ali bin Abu Thalib r.a. berkata, “Sabar adalah gunung yang tak pernah terguling.”
Ali bin Abdullah al Bashry menuturkan, “Seorang laki laki datang kepada asy Syibly dan bertanya, ‘Sabar macam manakah yang tersulit bagi orang bersabar?’ Ia menjawab, ‘yaitu sabar terhadap Allah swt.’ Tetapi orang itu menyanggah, ‘Bukan!’ Asy Syibly menyarankan, ‘Sabar untuk Allah.’ Orang itu menyanggah lagi, ‘Bukan!’ Asy Syibly menjawab, ‘Sabar bersama Allah.’ Sekali lagi orang itu menyanggah, ‘Bukan!’ Asy Syibly bertanya, ‘Lantas, sabar yang mana?’ Orang itu menjawab, ‘Sabar berjauhan dengan Allah.’ Mendengar jawaban itu asy-Syibly berteriak sedemikian rupa sehingga nyaris ruhnya melayang’.”
Abu Muhammad Ahmad al Jurairy menjelaskan, “Sabar tidaklah membedakan keadaan bahagia atau menderita, disertai dengan ketentraman pikiran dalam keduanya. Bersikap sabar adalah mengalami kedamaian ketika menerima cobaan, meskipun dengan adanya kesadaran akan beban penderitaan.”
Salah seorang Sufi menyenandungkan:
Aku bersabar dan aku belum melihat kehendak Mu atas sabarku
Dan kusembunyikan petaka yang Kau kenakan pada diriku, di tempat sabar.
Takut bahwa hatiku akan menge1uh tentang deritaku.
sampai air mataku mengalir, penuh rahasia
Dan aku tak tahu.
Syeikh Abu Ali ad Daqqaq berkomentar, “Orang yang sabar akan mencapai derajat yang tinggi di dunia dan di akhirat, sebab mereka telah mendapat derajat ‘kesertaan’ di sisi Allah swt. sebagaimana firman Nya, “Sesungguhnya Allah beserta orang orang yang sabar.” (Q.s. Al Anfal: 46). Dikatakan mengenai arti firman Allah swt, “Hai orang orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan katakanlah (dirimu kepada Allah).” (Q.s. Ali 1mran: 200), bahwa sabar (shabr) adalah berada di bawah tahap berteguh hati dalam kesabaran (mushaabarah) dan di bawah tahap mengaitkan diri kepada Allah (muraabathah).” Dikatakan juga, ‘Bersabarlah’ dengan dirimu dalam taat kepada Allah swt, ‘Berteguhlah dalam kesabaran’ dengan hatimu dalam menghadapi cobaan cobaan yang berkaitan dengan Allah swt. dan ‘kaitkanlah’ jiwamu terhadap kerinduan kepada Allah swt. Juga dikatakan, ‘Bersabarlah’ kepada Allah, ‘berteguhlah dalam kesabaran’ dengan Allah, dan ‘kaitkanlah’ jiwamu dengan Allah!”
Dikatakan bahwa Allah swt. mewahyukan kepada Daud as, “Berakhlaklah dengan Akhlak Ku. Diantaranya adalah bahwa Aku adalah Yang Maha Penyabar.”
Dikatakan, “Seraplah kesabaran. Jika ia membunuhmu, engkau akan mati sebagai syahid. Jika ia menghidupimu, maka engkau akan hidup sebagai seorang yang mulia.”
Dikatakan juga, “Kesabaran untuk Allah adalah kesukaran, sabar dengan Allah adalah baqa’, sabar jauh di dalam Allah adalah cobaan, dan sabar jauh dari Allah adalah sangat hampa.”
Para Sufi bersyair:
Kesabaran berjauhan dengan Mu tercela akibatnya,
Namun terpujilah segala kesabaran yang lain.
Mereka juga membacakan:
Bagaimana sabar, orang yang lepas dari Ku laksana utara dan selatan,
Ketika orang orang bermain main di segala hal
Aku melihat cinta bermain dengan orang orang itu.
Dikatakan, “Sabar dalam mencari pemenuhan hidup adalah tanda kemenangan, dan sabar dalam kesukaran adalah tanda keselamatan.”
Dikatakan, “Bersikap teguh dalam kesabaran adalah sabar dalam bersabar, sampai kesabaran tenggelam dalam kesabaran dan kesabaran berputus asa dari kesabaran, sebagaimana dikatakan syair:
Sabar orang yang, sabar hingga kesabaran meminta pertolongan kepadanya.
Sang pecinta berseru kepada kesabaran, ‘Sabarlah’!”
Suatu ketika Syibly sedang ditahan di rumah sakit jiwa, dan sekelompok orang datang menjenguknya. Ia bertanya, “Siapa kalian ini?” Mereka menjawab, “Kami adalah sahabat sahabat tercintamu yang datang untuk mengunjungmu.” Maka Syibly lalu mulai melempari mereka dengan batu hingga mereka pun berlarian. Ia berteriak, “Wahai para pendusta jika kalian memang sahabat sahabatku, niscaya kalian akan sabar ketika aku diuji”.”
Dalam suatu riwayat disebutkan, “Demi Penglihatan Ku, apa yang dipikul oleh mereka yang memikul beban demi Aku, adalah dalam penglihatan Ku.”
Allah swt. berfirman: “Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami.” (Q.s. AthThuur: 48).
Salah seorang Sufi mengabarkan, “Aku sedang berada di Mekkah – semoga Allah swt. menjaganya – dan kulihat seorang fakir sedang melakukan thawaf. Ia mengeluarkan selembar kertas dari saku bajunya, melihatnya, kemudian meneruskan thawafnya. Hari berikutnya kulihat la melakukan hal yang sama. Aku memperhatikannya selama beberapa hari, dan ia terus berbuat demikian. Lalu pada suatu hari ia berjalan mengelilingi Ka’bah, melihat kertas itu, mundur beberapa langkah, kemudian jatuh dan mati. Aku mengambil kertas yang ada di sakunya, dan di dalamnya tertulis, ‘Dan bersabarlah menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami’.”
Sebagian Sufi berkata, “Aku masuk ke negeri India dan aku melihat seorang pemuda bermata satu, yang dijuluki orang ‘Si Fulan yang Sabar’. Ketika aku bertanya tentangnya, orang mengatakan kepadaku, ‘Semasa muda, seorang sahabatnya berangkat untuk bepergian jauh. Ketika sahabatnya itu berpamitan, meneteslah air mata dari salah satu kelopak matanya, namun kelopak matanya yang sebelah lagi tidak. Ia katakan kepada bola matanya yang tidak menangis itu, ‘Mengapa engkau tidak menangis atas keberangkatan sahabatku? Engkau kularang melihat dunia ini!’ Lalu ditutupnya matanya itu, dan selama enampuluh tahun belum pernah dibukanya.”
Dikatakan tentang firman Allah swt, “Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik,” (Q.s. AI Ma’arij: 5), bahwa “sabar yang baik” itu adalah sabar yang mencegah diketahuinya korban yang terkena penderitaan.
Umar bin Khaththab r.a. berkata, “Seandainya kesabaran dan syukur itu adalah dua ekor unta, bagiku akan sama saja mana yang akan kukendarai.”
Ketika terkena cobaan, Ibnu Syabramah semoga Allah swt. merahmatinya biasa mengatakan, “Semua ini hanyalah awan,” dan cobaan itu akan berlalu.
Ketika Rasulullah saw. ditanya tentang iman, beliau menjelaskan:
“(Iman) adalah keteguhan hati dalam bersabar dan bersikap murah hati.” (H.r. Abu Ya’la dan Baihaqi).
As Sary ditanya tentang sabar, dan ia mulai berbicara. Lalu seekor kalajengking merayap ke kakinya dan menyengatnya beberapa kali, namun ia sama sekali tidak bergeming. Seseorang bertanya kepadanya, “Mengapa engkau tidak mencampakkannya?” Ia menjawab, “Aku malu kepada Allah swt. untuk berbicara tentang sabar sedang aku sendiri tidak bersabar.”
Dalam sebuah hadis dikatakan, “Orang orang miskin yang sabar akan bersama di majelis Allah swt. dihari Kebangkitan.”
Allah swt. mewahyukan kepada salah seorang Nabi Nya, “Aku menurunkan cobaan kepada hamba Ku, lalu ia berdoa kepada Ku. Tetapi aku menangguhkan doanya dan ia mengeluh kepada Ku. Maka Aku lalu bertanya, ‘Wahai hamba Ku, bagaimana Aku mengasihimu dari suatu yang dengannya Aku mengasihimu?”
Ibnu ‘Uyaynah berkomentar mengenai arti firman Allah swt, “Dan Kami jadikan diantara mereka itu pemimpin pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar,” (Q.s. As Sajdah: 24), bahwa artinya adalah, “Karena mereka memahami kepedulian pokok persoalan, maka Kami angkat mereka sebagai pemimpin.”
Saya mendengar Syeikh Abu Ali ad Daqqaq mengatakan, “Kondisi bersabar adalah jika engkau tidak berkeberatan terhadap apa yang telah ditetapkan (takdir), sedangkan menampakkan cobaan tanpa rnengeluh, maka hal ini tidaklah menghilangkan sabar. Allah swt. berfirman dalam kisah Nabi Ayyub as, “Sesungguhnya Kami dapati ia seorang yang sabar. Dialah sebaik baik hamba. Sesungguhnya ia senantiasa berpaling (kepada Kami).” (Q.s. Shaad: 44). Allah memfirmankan ini meskipun Ayyub berkata, “Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit.” (Q.s. AI Anbiya’: 83).” Dan saya mendengar beliau mengatakan, ‘Allah menyebutkan ucapan Ayyub ini agar ucapan tersebut menjadi jalan ke luar bagi orang orang yang lemah di antara ummat lni’.”
Salah seorang Sufi mengatakan, Allah swt. berfirman, “Sesungguhnya Kami dapati ia seorang yang sabar (shabir)”. Dia tidak berfirman, “yang paling sabar (shabur),” sebab Ayyub tidaklah sabar sepanjang waktu. Sebaliknya, terkadang beliau merasa senang terhadap cobaan yang menimpa dirinya dan mendapati cobaan tersebut menyenangkan. Pada saat menyenangi cobaan tersebut, beliau bukanlah orang yang sabar; karena itu Allah tidak menyebutkan, yang paling sabar”.
Syeikh Abu Ali ad Daqqaq menegaskan, “Hakikat sabar adalah jika si hamba keluar dari cobaan dalam keadaan seperti ketika memasukinya, sebagaimana dikatakan oleh Ayyub as. pada akhir cobaan yang menimpa diri beliau, ‘Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua Yang menyayangi.’ Ayyub memperlihatkan sikap berbicara yang layak dengan ucapannya, ‘Dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua yang menyayangi,’ tetapi beliau tidak berkata secara jelas, dengan kata kata, ‘Limpahkanlah kasih sayang-Mu kepadaku’.”
Sabar ada dua macam: Sabar para ahli lbadat (abidin) dan sabar Para pecinta (muhibbin). Mengenai sabar para ahli ibadat, adalah lebih baik jika sabar macam ini dipelihara. Mengenai sabar para pecinta sebaiknya ditinggalkan. Tentang makna kata kata ini, para Sufi membacakan syair berikut:
Di Hari Perpisahan, bahwa keputusaiiiiya
Untuk bersabar adalah satu di antara dua sangkaan-sangkaan
dan dusta dusta.
Mengenai arti syair ini, saya telah mendengar Syeikh Abu Ali menuturkan, “Yaqub as. telah menyiapkan dirinya untuk bersabar. Karenanya, beliau lalu mengatakan, ‘Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku).’ Artinya, ‘Sikapku adalah bersabar dengan sabar yang baik.’ Namun belum sampai malam tiba, beliau sudah mengatakan, ‘Aduhai duka citaku terhadap Yusuf!’ (Q.s. Yusuf . 84).”