Ada baiknya juga sebagai bekal mencari ilmu, mengamalkan dan mengajarkannya kita kokohkan juga landasan ilmu tentang diri sendiri, yaitu mengenai apa-apa yang berpotensi besar muncul pada diri dalam seluruh aktivitas kita. Adapun diantara nikmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada kita yang paling berharga salah satunya adalah nikmat Iman dalam Islam. Namun tahukah kita apa-apa saja yang dapat merusaknya?
Oleh : Departemen Agama RI.
hal-hal yang bisa merusak iman antara lain
A. Riya
Riya artinya memperlihatkan (menampakan) diri kepada orang lain, supaya diketahuui kehebatan perbuatannya, baik melalui pembicaraan, tulisan ataupun sikap dan perbuatan dengan tujuan mendapat perhatian, penghargaan dan pujian manusia, bukan ikhlas karena Allah. Riya itu dapat terjadi di dalam niat, yaitu ketika akan melakukan pekerjaan dan bisa juga terjadi setelah melakukan pekerjaan.
- Riya dalam niat
Riya dalam niat yaitu ketika mengawali pekerjaan, dia mempunyai keinginam dari orang lain, bukan karena Allah. Padahal niat itu sangat menentukan nilai suatu pekerjaan. Jika pekerjaan yang baik dilakukan deengan niat karena Allah, maka perbuatan itu mempunyai nilai di sisi Allah, dan jika perbuatan itu dilakukan karena ingin mendapat sanjungan, penghargaan dari orang lain, maka perbuatan itu tidak memperoleh pahala dari Allah. Hanya sanjungan itulah yang akan ia peroleh.
Amirul Mukminin Abi Hafash Umar bin Khatab Radhiyallahu Anhu, aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda :
Innamal ‘amaalu biinniyyaati wa innamaa likullimriyin manawa fa man kaanat hijratuhu ilallahi wa rasuulihi fahijratuhu ilallahi wa rasuulihi wa mankaanat hijratuhu lidunyaa yushiibuhaa awimra atin yankihuhaa fahijratuhu ilaa maa haajara ilaihi
Yang terjemahnya: “Sesungguhnya amal perbuatan itu disertai niat dan setiap orang mendapat balasan amal sesuai dengan niatnya. Barang siapa yang berhijrah hanya karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya itu menuju Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa hijrahnya karena dunia yang ia harapkan atau karena wanita yang ingin ia nikahi, maka hijrahnya itu menuju yang ia inginkan.”
- Riya dalam perbuatan
Riya dalam perbuatan ini misalnya saat mengerjakan shalat dan bersedekah. Orang riya dalam mengerjakan shalat biasanya dia memperlihatkan kesungguhan, kerajinan , dan kekhusyu’annya jika dia berada di tengah-tengah orang atau jamaah sehingga orang lain melihat dia berdiri , ruku’ dan sebagainya. Dia shalat dengan tekun itu mengharapkan perhatian sanjungan dan pujian dari orang lain agar dia dianggap sebagai orang yang taat dan tekun beribadah. Orang yang riya dalam shalatnya ini dia akan celaka di akhirat nanti, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an, surat Al Maun ayat 4 sampai dengan 7 dan An Nisa 142.
Fawailun llil mushalliin(4) Alladziina hum ‘an shalaatihim saahuun(5) Alladziina hum yuraaa uuna(7) Wa yamna’unal maa’uun(8)
Yang terjemahnya : “(4) Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat. (5) (Yaitu) orang-orang yang berbuat riya. (7) Dan engan (menolong dengan) barang berguna.” (Al Ma’un : 4-7)
Innal manaafiqiina yakhdi ;uunallaha wa huwa khaadi’uhum , wa idzaa qaa mauuu ilal shshalaati qaamuu kasaalaa, yaraaa uunanna sawalaa yadz kuruunallaha illaa qaliilaa.
Yang terjemahnya: “Sesunguhnya orang-orang munafiq itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Allah kecuali sedikit sekali. (An Nisa : 142).
Riya dalam bersedekah seperti memberikan sesuatu kepada orang lain dengan harapan mendapat pujian dan sanjungan dari orang yang telah diberinya atau orang lainnya, agar dia dianggap sebagai orang yang dermawan, pemurah dan sebagainya. Dia akan mengungkapkan pemberiannya jika orang yang telah di bantu itu tidak menyanjung atau memujinya.
- Bahaya Riya
Riya berbahaya terhadap diri sendiri dan orang lain. Terhadap diri sendiri bahaya riya itu akan dirasakan oleh dirinya berupa ketidakpuasan, rasa hampa, sakit hati dan penyesalan ketika orang lain tidak menghargainya, menyanjungnya, dan tidak berterimakasih kepadanya, padahal ia telah menolong orang lain, bersedekah, dan sebagainya. Akhirnya jiwanya akan sakit dan keluh kesah, yang tiada hentinya. Bahaya riya terhadap orang lain akan terlihat ketika orang yang pernah dibantunya diumpat, diolok-olok dan dicaci oleh orang yang telah membantu atau memberinya dengan riya itu. Dia mengumpat dan mencaci itu karena keinginannya untuk disanjung dan dipuji tidak terpenuhi sesuai dengan kehendaknya. Orang yang telah diumpat dan dicaci itu pasti akan tersinggung dan akhirnya terjadilah perselisihan antara keduanya.
Perbuatan riya itu sangat merugikan, karena Allah tidak akan menerima dan memberi pahala atas perbuatannya, hal ini tergambar dalam sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam yang artinya sebagai berikut :
“Dari Abi Hurairah Semoga Allah meridhoinya, ia berkata saya mendengar Rasulullah bersabda : Sesungguhnya manusia yang pertama kali diadili di hari kiamat adalah seseorang yang mati syahid kemudian dihadapkan dan diperlihatkan kepadanya nikmat yang telah diterimanya dan dan iapun mengakuinya lantas ditanya : dipergunakan untuk apa nikmat itu? Ia menjawab “aku berperang karena-Mu (ya Allah) sehingga aku mati syahid. Allah menjawab : Dusta engkau sesungguhnya kamu berbuat (yang demikian itu) supaya kamu dikatakan sebagai pahlawan; kemudia malaikat diperintahkan untuk meyeret orang itu dan melemparkannya ke dalam neraka. Kedua, seorang yang yang dilapangkan rizkiya dan dikaruniai berbagai macam kekayaan, kemudian ia dihadapkan dan diperlihatkan kepada nikmat yang telah diterimanya itu, dan iapun mengakuinya, lantas ditanya : Dipergunakan untuk apa nikmat itu? Ia menjawab : Aku tidak pernah meninggalkan infak pada jalan yang engkau ridhoi (ya Allah), melainkan aku berinfak (hanya) kepada-Mu. Lalu Allah menjawab : Dusta engkau, sesungguhnya kamu berbuat (yang demikian itu) supaya kamu dikatakan sebagai orang yang dermawan; kemudian (malaikat) diperintahkan untuk menyeret orang itu dan melemparkannya ke dalam neraka. Ketiga seorang yang belajar dan mengajar dan suka membaca Al Qur’an, maka dia dihadapkan dan diperlihatkan nikmat yang telah diterimanya itu dan iapun mengakuinya, antas ditanya : dipergunakan untuk apa nikmat itu? Ia menjawab : Aku menunntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca Al Qur’an (hanya) untuk-Mu (ya Allah). Kemudian Allah menjawab : Dusta engkau, sesungguhnya engkau menuntut ilmu itu supaya dikatakan sebagai orang pandai dan engkau membaca Al Qur’an itu supaya dikatakan sebagai qari; lalu (malaikat) diperintahkan untuk menyeret orang itu dan melemparkannya ke dalam neraka.” (Haidst Riwayat Muslim).
Begitulah bahayanya riya. Bahkan riya itu juga dikatakan sebagai syirik khafi, artinya syirik kecil atau syirik ringan, karena mengaitkan niat melakukan suatu perbuatan kepada sesuatu selain Allah.
B. Takabur
Pengertian takabur menurut bahasa adalah membesarkan diri, menganggap dirinya lebih besar dari orang lain. Menurut istilah, suatu sikap mental yang merasa diri lebih besar, lebih tinggi, lebih pandai dan memandang kecil serta rendah terhadap orang lain.
Takabur itu dapat digolongkan dua bagian, yaitu takabur batin dan takabur lahir. Takabur dalam batin yaitu sifat dalam jiwa yang tidak terlihat, dia melekat dalam hati seperti merasa besar, merasa lebih pandai dan lain-lain. Takabur lahir ialah perbuatan dan tingkah laku yang dapat dilihat seperti merendahkan orang lain, menyepelekan orang lain, dan lain-lain.
Tanda-tanda sikap dan perbuatan takabur itu antara lain sebagai berikut :
1. Suka memuji diri, membanggakan dirinya, hartanya, ilmunya, dan keturunannya.
2. Merendahkan dan meremehkan orang lain, memalingkan muka ketika bertemu dengan orang lain yang dikenalnya, congkak dalam tingkah laku dan perbuatan.
3. Suka mencela dan membesar-besarkan kesalahan orang lain. Orang yang takabur itu selalu menyangka bahwa dirinyalah yang benar, baik, mulia, dan mampu berbuat sesuatu. Orang lain dianggap rendah, kecil, hina dan tiadk mampu berbuat sesuatu.
Penyebab takabur antara lain adalah kebanggaan diri yang berlebihan dalam keturunan, kecantikan, keilmuan, kekuatan, kekuasaan, jabatan dan lain-lain.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Al Qur’an Surah An Nisa 36 :
“Innallaha laa yuhibbu mankaana mukhtaa lan fakhuuran”
Yang terjemahnya : “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”(An Nisa : 36)
Juga firman Allah Subahanu Wa Ta’ala.
“Wa idz qulnaa lil malaaikatis juduu li’aa dama fasajaduu illaa ibliisa, wastakbara wa kaana minal kaafiriin”
Yang terjemahnya : Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada para malaikat : “Sujudlah kamu kepada Adam”. Maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan takabur dan ia golongan orang-orang kafir. (Al-baqarah : 34)
Dalam surat lain Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman
“Wa laa tusho’iru khoddaka linnasi wa laa tamsyi fil ardhi marahan innallaha laa yuhibbul kulla muhtalin fa khuurin(18) waqshid fii masyyika waghdhudh min shou tika inna ankaral ashau aati lashou tulhamiir.(19)”
Yang terjemahnya : (18) Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manunsia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (19) Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adlah suara keledai (Luqman : 18-19)
Sikap dan perbuatan Takabur itu hendaklah ditinggalkan dan dijauhkan dari diri kita, karena sifat tersebut dibenci Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya dan tidak disukai orang lain. Hendaklah kita rendah hati, ramah, menghormati orang lain dan mampu menempatkan diri. Rendah hati bukanlah rendah diri. Rendah hati adalah sikap mulia yang tidak mau menonjolkan diri. Jika kita bersikap rendah hati terhadap seseorang, orang lain akan menyenangi kita dan akan bersikap rendah hati pula terhadap kita.
Takabur salah satu sikap mental yang tercela dan terlarang, karena mengandung bahaya dan kerugian yang besar terhadap diri sendiri dan orang lain yaitu :
1. Misalnya seseorang memiliki sifat takabur, maka sifat tesebut akan berbahaya dan merugikan dirinya sendiri, karena dia menganngap dirinya lebih lebat, mulia, terhormat, dan lain-lain. Jika sifat tersebut melekat pada dirinya maka ia tidak akan berusaha untuk memperbaiki keadaan dirinya, dia akan diam diri, statis, enggan meningkatkan kemampuannya, karena dia beranggapan sudah lengkap dan sempurna, tidak mau menerima kritik. Orang yang demikian akan tertinggal oleh keadaan zaman dan lingkungannya, sehinga akhirnya dia menyesal baik di dunia maupun akhirat.
2. Sifat takabur akan merusak pergaulan antara sesama manusia, merenggangkan hubungan silaturahmi dan kasih sayang serta tolong-menolong. Hal itu disebabkan tidak adanya kemauan untuk saling menghargai dan menghormati dalam huhbungan sesama manusia.
3. Sengsara di dunia dan di akhirat, sengsara di dunia karena tidak bisa bergaul dengan sesama manunsia dan sengsara di akhirat karena terhalang masuk surga.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman :
Fad khuluu abwaaba jahannama khoolidiina fiihaa, falabi’sa matswail mutakabbiriin.
Yang terjemahanya : Maka masukilah pintu-pintu neraka jahanam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat orang-orang yang menyombongkan diri.(An Nahl : 29)
C. Nifaq
Nifaq ialah sifat yang berbeda antara lahir dan batin atau tidak sesuai antara ucapan dengan perbuatan. Lain di hati lain di mulut, lain di mulut lain di perbuatan, tidak sesuai antara kata dengan perbuatan. Orang yang mepunyai sifat nifaq disebut munafiq.
1. Sifat dan perbuatan orang munafiq
Orang munafiq itu pebuatannya selalu berpura-pura, apa yang diucapkannya berbeda dengan perbuatannya. Misalnya dia menyatakan iman kepada Allah Subahanahu Wa ta’ala dan rasul-Nya, tetapi dalam hatinya dia tidak beriman, ia mengingkari apa yang telah di ucapkannya. Bila dia berkumpul dengan orang beriman, dia mengatakan berimana akan tetapi bila ia berkumpul dengan orang kafir, diapun menyatakan kekafirannya pula. Dia bermuka dua dan selalu berpura-pura.
Wa idzaa laqulladziina a’manuu qaaluww aamannaa wa idzaa kholau ilaa syayaathii nihim qaaluu innaa ma’akum innamaa nahnu mustagzi’uun.
Yang terjemahnya : Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan : “Kami telah beriman “. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan : “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok” (Al baqarah : 14)
Allah Subhanahuu Wa Ta’ala berfirman :
Wa minannasi mayyaquulu aamannaa billahi wa bilyaumil aakhiri wa maa hum bi mu’miniin
Yang terjemahnya : Di antara manusia ada yang mengatakan “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir” padahal mereka itu sesunguhnya bukan orang-orang yang beriman. (Al Baqarah :
Diantara sifat munafiq ialah pendusta, pembohong, dan kihanat. Apabila dia berbicara dia berbohong, apabila dia berjanji dengan orang lain dia tidak menepati dengan sengaja. Begitu pula apabila dia mendapat kepercayaan dari orang lain untuk memegang dan melaksanakan pekerjaan dia tidak melaksanakannya dengan baik, dia khianat. Firman Allah Subhanahu Wa ta’ala dalam Al Quran surat Al Munafiqun ayat 1 dan 2.
Idzaa jaa ‘akal munaafiquuna qaalu nasyhadu innaka larasuulullahi wallahu yu’alamu innaka larasuuluhuu wallahu yasyhadu innalmunaafiqiina lakadzibuun (1) Ittakhodzuu aimaanahum junnatan fashodduu ‘an sabiilillahi innahum saa a’ maakaanuu yagmaluun. (2)
Yang terjemahnya : (1) Apabila orang-orang munafiq datang kepadamu, mereka berkata “Kami mengakui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar orang pendusta. (2) Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. (Al Munafiqun:1-2)
Sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam
Aayatulmunaafiqi tsalatsun : indza haddatsa kadzaba wa idzaa wa ‘ada akh lafa wa idzaa’ tuminakhoona.
“Tanda-tanda orang munafiq itu ada tiga : Apabila berkata ia bohong, apabila berjanji ia melanggar dan apabila dipercaya ia berkhianat.
Juga dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari Semoga Allah Meridhoi dan memuliakan beliau, yang terjemahnya :
“Empat macam (sifat) siapa terdapat padanya empat sifat itu, adalah ia munafiq tulen. Barang siapa terdapat padanya suatu dari sifat yang empat itu, terdapatlah padanya suatu bahagian nifaq. Sampai meniggalkannya. Sifat yang empat itu ialah : Apabila dipercaya ia berkhianat, apabila berbicara ia dusta, apabila berjanji ia menyalahi, tidak ditepati dan apabila berdebat dengan seseorang, ia berlaku curang. (Hadist Riwayat Bukhari)
2. Bahaya nifaq
Orang munafiq yang perbuatannya berpura-pura, dusta, bohong dan khianat, hatinya akan selalu ragu, was-was dan tidak tenteram. Terhadap perbuatannya yang tidak benar itu, ia takut akan ketahuhan orang lain dan sifat dusta dan khianatnya akan menghantui perasaannya, sehingga terjadi konflik batin, menimbulkan ketidak tenangan pada kehidupannya. Ia juga akan selalu menghadapi kesulitan, karena harus membuat kebohongan baru untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Dia menjadi sakit batin, sehingga pada akhirnya juga akan berpengaruh pada kondisi fisiknya. Akibat sifat nifaq orang tersebut akan mendapat kesengsaraan dan kehinaan di dunia dan di akhirat.
Firman Allah Subhanahu Wa ta’ala :
Fii quluu bihim maradzun fazaa dallahu maradhon wa lahum ‘adzaabun ‘aliimun bimaa kaanuq yadzi bun.
Yang terjemahnya : Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya, dan bagi mereka siksa pedih, di sebabkan mereka berdusta (Al Baqarah : 10)
Allah berfirman :
Wa ‘adallahul munaafiqiina walmunaafiqaati wal kuffaara naara jahannama kholidiina fiihaa, hiya hasbuhum, wa la’alahumillahu wa lahum ‘adzabunmmuqiim.
Yang terjemahnya : Allah mengancam orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal. (At taubah : 68)
Firman Allah Subhanahuu Wa Ta’ala
Basysyiril munaafiqiina bianna lahum ‘adzaa ban aliimaa
Yang terjemahnya : Kabarkanlah kepada orang-orang muinafiq bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (An Nisa : 138)
Allah berfirman :
Innalmunaafiqiina fiiddarkil asfali minannaari wa laan tajidalahuum nashiira.
Yang terjemahnya : Sesungguhnya orang-orang munafiq itu(ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seseorang penolongpun bagi mereka. (An nisa 145)
Orang munafiq ketika berhubungan dengan orang lain, biasanya mulutnya manis, sikapnya ramah dan menarik, tetapi di balik itu hatinya selalu berniat buruk dan fikirannya seslalu berangan-angan mencari kesempatan dan keuntungan yang sebesar-besarnya untuk dirinya tanpa memperhatikan norma kebenaran yang berlaku. Orang lain ditipu, dibohongi dan dilaknati, sehingga betapa banyak kerugian orang lain akibat perbuatannya, baik kerugian moril maupun materiil. Bujuk rayu orang munafiq itu seringkali enak dan meyakinkan, kata-katanya sangat menarik dan memikat hati, padahal sebenarnya dia hanya melakukan tipu daya.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :
Wa minannasi man yyugjibuka qauluhu fiil hayaatiddunyaa wayusyhidullaha ‘alaa maa fii qabihii wa huwa aladdul khishaam.
Yang terjemahnya : Dan diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penentang yang paling keras. (Al Baqarah : 204)
Yukhadi’uunallaha wa lladziina amaanuw wa maa yakh da ‘uuna illa anfusahuum wa maa yasy’uruun.
Yang terjemahnya : Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri, sedang mereka tidak sadar.
(Al Baqarah : 9)
D. Fasiq
Fasiq artinya meniggalkan perintah Allah Subahanahu Wa Ta’ala, tidak berbakti kepada Allah, atau keluar dari perintah Allah SWT. Orang fasiq ialah orang yang tahu perintah dan larangan Allah , tetapi ia tidak mau melaksanakan perintah-Nya dan meniggalkan larangan-Nya. Dia tidak patuh dan tidak berbakti kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dia melupakan segala perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Misalnya Syiful dalam kadaan sakit keras. Dalam keadaan yang demikian itu ia terbayang segala macam dosa yang telah ia kerjakan pada waktu sehatnya. Dia sangat menyesal atas segala macam perbuatan dosanya itu, dan dia dengan sungguh-sungguh berjanji dalam dirinya untuk tidak melakukan lagi perbuatan-perbuatan dosanya itu.. Namun setelah sehat dia melupakan janjinya yang pernah diucapkan pada waktu sakit. Dia melakukan lagi hal-hal yang dilarang Allah Subhanahuu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya, dia tergolong sebagai orang yang fasiq.
Firman Allah Subahanahu Wa Ta’ala :
Wa laatakuunuukulladziina nasuullaha fa an saahum anfusahum, ulaaika humul faasiquun
Yang terjemahnya :
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah. Lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang yang fasiq. (Al Hasyr : 19)
Perbuatan fasiq itu sangat berbahaya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Bahaya terhadap diri sendiri berupa dosa dengan mengingkari dan melalaikan perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Bahaya terhadap orang lain berupa kekecewaan dan kerugian akibat perbuatan fasiq tersebut.
Orang fasiq itu akan mendapatkan kesengsaraan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Di dunia tidak akan disenangi orang lain, karena orang fasiq sulit dipercaya, sedang di akhirat akan mendapat siksa neraka.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :
Wa ammalladziina fasaquu fama’ waahumunnaru kullamaa araduw ayyakhrujuu minhaa u’iiduu fiihaa wa qiilalahum dzuuquu ‘adzaabannarilladzii kuntum bihii tukadz dzibuun.
Yang terjemahnya : Dan adapun orang-orang yang fasiq (kafir) maka tempat mereka adalah neraka. Setiap kali mereka hendak keluar dari padanya, mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka : “Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya. (As Sajadah : 20)
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :
Wallahulaa yahdiil qaumal faasiqiin
Yang terjemahnya :
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasiq (At Taubah : 80)
E. Perbuatan Dosa
Perbuatan dosa ialah segala perbuatan yang dilarang oleh Allah Subhanahuu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya yang tercantum dalam Al Qur’an dan Al Hadits. Ini adalah pengertian dari segi huukum formal. Secara psikologis, yang disebut perbuatan dosa ialah segala perbuatan yang apabila dilakukan akan terasa salah dalam hati, dan merasa tidak senang jika perbuatannya itu diketahui orang lain.
Sabda Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam :
Wa ilistmu maahaaka fii nafsika wa karihta an tathlu’a ‘alaihinnaas.
Yang terjemahnya : Dosa itu ialah sesuatu yang merisaukan hatimu dan kamu tidak senang (bila hal itu) diketahui orang lain (Hadits riwayat Muslim)
1. Bentuk perbuatan Dosa
Perbuatan dosa bisa pada hati, ucapan (perkataan) dan tingkah laku. Perbuatan dosa (dalam) hati yang dilarang agama, misalnya syirik, riya, takabur, sombong, hasad(dengki), nifaq(maksiat), bakhil(pelit) , tama’(rakus), memperturutkan hawa nafsu dan lain-lain. Dalam bentuk ucapan, misalnya mengumpat, mencaci, berdusta, membual, menghina, mencela, memfitnah, bersumpah palsu dan lain-lain.
Dosa dalam bentuk perbuatan misalnya berkhianat, mencuri, meminum minuman keras, membunuh, berzina, homo seksual, lesbi, menyakiti ayah dan ibu, menyakiti orang lain, bunuh diri, merugikan orang lain, curang dan lain-lain.
Sasaran perbuatan Dosa itu terhadap diri sendiri, orang lain dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala . Perbuatan dosa manusia terhadap diri sendiri misalnya sombong, takabur, bunuh diri, bakhil, tama’, peminum/pemabuk dan lain-lain. Terhadap orang lain, misalnya memfitnah, mencaci, mencuri, sumpah palsu, zina, menyakiti orang tua, menyakiti orang lain, khianat, mencela, berbuat curang dan lain-lain. Terhadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala misalnya syirik, riya, meniggalkan shalat, murtad, nifaq, kufur nikmat dan lain-lain. Khusus mengenai syirik, bukan lagi termasuk perusak iman, tetapi sudah menghapus iman, berarti imannya telah tidak ada lagi.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
Innallaha laa yaghfiru an yyusyraka bihii wa yaghfiruu maa duuna dzaalika li man yyasyaaa u wa man yyusyrik billahi faqadiftaraaa itsman ‘adhiiman.
Yang terjemahnya : Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa besar (An Nisa : 48)
… innahuu manyyusyik billaahi faqad harramallaahu ‘alaihil jannata wa ma’ waahuunnar …
Yang terjemahnya : …Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka…
( potongan Surah Al Maidah : 72)
Menegenai perbuatan dosa bunuh diri Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
Wa laa taqtuluuu anfusakum, innallaaha kaana bikum rahiiman.
Yang terjemahnya : Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha Penyayang kepadamu. (An Nisa: 29)
Allah Subhanahu Wa ta’ala berfirman :
… manqatala nafsan bighairi nafsin aufasaadin fil ardhi faka annamaa qatalaannaa sajaminn ‘an wa man ahyaahaa faka annamaa ahyaannaasa jamii’an.
Yang terjemahnya : … barang siapa membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan ia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia telah memelihara kehidupan manunusia semuanya … ( potongan Surah Al Maidah : 32 )
Mengenai berbuat dosa kepada kedua orang tua. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
Wa qadhaa rabbukaallatagbuduuu illaa iiyyahuh wa bil walidayni ihsaa nan, immaa yablughanna ‘andakal kibara ahaduhummaaa aukilaahuuma falaa taqul llahumaa uffinwa laa tanhar qumaa wa qulla humaa qaulan kariimaa.
Yang terjemahnya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali janagnlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. (Al Isra : 23)
Mengenai larangan berzina, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman :
Wa laa taqrabuuzzinaa innahuukaana fa hisyatan, wa saaa asabiilaa
Yang terjemahnya : Dan Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk. (Al Isra : 32)
Mengenai larangan memfitnah, Allah berfirman :
…wal fitnatnatu akbaru minal qatli …
Yang terjemahnya : …dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh
(potongan Surah Al baqarah : 217)
2. Bahaya Perbuatan Dosa
Perbuatan dosa berbahaya bagi diri sendiri dan terhadap orang lain. Bahaya bagi diri sendiri, akan mengakibatkan goncangan jiwa, hati resah, pikiran kacau, karena tlah melanggar ketentuan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Berbahaya terhadap orang lain, karena akan merugikabn orang lain dalam bentuk material ataupun non material. Misalnya, seorang mencuri barang milik Amir, atau memfitnah Amir, maka sebagai akibat perbuatan orang itu, Amir menjadi rugi kehilangan hartanya atau nama Amir menjadi tercemar.
Kesimpulan :
Dari uraian hal-hal yag merusak iman, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hal-hal yang merusak iman seseorang antara lain sifat dan perbuatan riya, takabur, nifaq, fasik, dan perbuatan dosa.
2. Sifat perbuatan riya adalah apabila pelakunya memperlihatkan perbuatan itu kepada orang lain dengan harapan mendapat pujian, sanjungan dan penghargaan orang lain, bukan mengharap ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
3. Sifat dan perbuatan takabur ialah apabila pelakunya membesar-besarkan diri dan mengangap orang lain lebih rendah.
4. Sifat dan perbuatan nifaq ialah apabila pelakunya berpura-pura dan berbeda antara ucapan dan perbuatannya, berdusta, dan khianat.
5. Sifat dan perbuatan fasiq ialah apabila pelakunya mengetahui perintah dan larangan Allah Subhanahu Wa Ta’ala namun dia tidak melaksanakan perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan tidak mau meniggalkan larangan-Nya
6. Sifat dan perbuatan dosa ialah apabila pelakunya melakukan perbuatan pelanggaran terhadap ketentuan Allah dan rasul-Nya.
7. Sifat dan perbuatan riya, takabur, nifaq, fasiq dan perbuatan dosa, sangat berbahaya dan merugikan diri sendiri dan orang lain. Karena semua sifat itu merusak iman.
8. Kita harus berusaha menjauhkan diri dari sifat dan perbuatan yang dapat merusak iman
Yaa Allah.. jauhkanlah kami dari hal-hal yang dapat merusak Iman dan Islam kami.. dan jauhkanlah kami dari tipu daya syetan yang terkutuk.