Salah satu perintah dalam agama Islam adalah sebisa mungkin kita menjaga lisan kita dari ucapan – ucapan yang sia – sia, apalagi yang haram. Karena sebenarnya sumber segala masalah adalah berawal dari kekeliruan dalam berucap, seseorang merasa tersinggung, sakit hati, dan sebagainya, pasti karena salah omongan. Dalam sabdanya Rasulullah suatu waktu mengingatkan kita.
”Barang siapa yang bisa menahan antara kedua selengkang (kemaluan) dan antara kedua rahang (lisan) niscaya masuk surga” Al-hadits.
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkata benarlah atau lebih baik diam” Al-hadits.
Islam juga menyebutkan bahwa banyak bicara sama dengan mematikan hati orang itu sendiri. (la tuktsirul kalam, fa inna katsratul kalam tumitul qolb).
Sungguh islam sangat menjaga umatnya dari bahaya lisan ini, bahkan Alquran memosisikan fitnah sebagai perbuatan yang lebih keji dari membunuh.
“Fitnah itu lebih kejam dari pembunuhan” Alquran.
Selanjutnya, apakah setiap bentuk dari diam itu adalah dibenarkan? Dalam hal apa kita diperintahkan diam? Dan dalam situasi apa pula diam menjad tercela?
Saudaraku, ketahuilah bahwa diam itu beragam jenis, tergantung niat, cara, situasi, dan kondisi. Jika salah menempatkannya, bukan pahala yang dituai, tapi dosa menanti. Adapun jenis – jenis diam adalah sebagai berikut.
a. Diam Bodoh
Yaitu diam karena kurangnya ilmu pengetahuan, tidak tahu apa yang harus dikatakan, kurang memahami persoalan, dan tidak mengerti permasalahan. Diam jenis ini masih lebih baik dari orang yang sok tahu, tapi dia tidak tahu. Namun demkian, jenis ini akan menjadi tercela ketika tidak ada usaha untuk tahu. Sehingnga taklifu assyar’i yang dibebankan ke orang ini bukan karena ketidaktahuannya, melaikan kewajiban untuk mengetahui hal yang belum ia ketahui tersebut.
b. Diam malas
Jenis diam ini merupakan keburukan, karena disaat – saat dia diperlukan untuk bicara, dia diam karena malas, tidak mood, tidak berselera. Padahal jika dia bicara, akan mendatangkan mashlahat.
c. Diam Sombong
Ini adalah bentuk diam yang tercela, dia diam karena menganggap lawan bicara tidak selevel, sehingga malas untuk angkat bicara.
d. Diam Khianat
Ini diamnya orang jahat karena dia diam untuk mencelakakan orang lain. Diam pada saat dibutuhkan kesaksian yang menyelamatkan adalah diam yang keji.
e. Diam Marah
Diam jenis ini, satu sisi mendatangkan mashlahat, yaitu dia akan lebih terpelihara dari ucapan keji yang akan memperkeruh suasana. Namun di sisi lain hal ini juga menimbulkan keburukan, yaitu jika diamnya untuk memperlihatkan kemurkaan, sehingga boleh jadi diam tadi malah menambah masalah.
f. Diam Utama
Inilah bentuk diam yang dihasilkan dari perenungan dan pemikiran, sehingga dia tahu persis kapan harus bicara, dan kapan diam. Dia bicara keras ketika melihat syariat Allah diinjak – injak, dia diam ketika dia belum mengetahui pasti apa yang akan dibicarakan. Segala sesuatu dia letakkan pada tempatnya. Itulah bentuk adil yang diperintahkan Allah.
Tentu saja sebagai seorang muslim, seyogiyanya selalu berusaha untuk melakukan diam yang utama ini, karena akan banyak mashlahat yang ditimbulkan. Pertimbangan – pertimbangan yang dipakai tentu saja pertimbangan Allah dan RasulNya, Dimanakah diam kita selama ini…??