Subscribe:

Ads 468x60px

Wednesday, April 13, 2011

APAKAH KHUSYUK BISA DIUKUR???

Apakah Dzikir, Do’a dan Shalat yang kita lakukan sudah khusyuk? Dan bisakah kita mengukur khusyuk? Pertanyaan demikian agar kita benar-benar bisa menjadi hamba yang mantap dalam beribadah.
Allah SWT telah mengajarkan cara mencapai  kekhusyukan dan sekaligus mengukurnya. Dalam beberapa ayat Allah SWT menyinggung masalah kekhusyukan diantaranya
QS. Al Baqarah (2) : 45-46
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.”
Ayat di atas menerangkan bahwa yang dimaksud dengan khusyuk adalah orang-orang yang meyakini mereka akan bertemu dengan Tuhannya saat berkomunikasi, dan suatu ketika akan kembali bertemu dengan-Nya.
Seseorang bisa disebut khusyuk, jika ia menyadari penuh dengan keyakinan bisa bertemu dengan Allah. Baik saat dzikir, do’a dan shalatnya. Bahkan saat nanti ketika ia meninggalkan dunia ini. Jadi orang yang tidak memantapkan hatinya akan bertemu dengan Allah disebut tidak khusyuk.
Untuk mencapai kekhusyukan tidak bisa instant, melainkan melalui proses kepahaman sampai  memperoleh keyakinan. Bahwa Allah bisa ditemui kapanpun dan dimanapun. Keyakinan bahwa Allah lebih dekat dari urat leher kita sendiri. Allah meliputi semua makhluk-Nya termasuk manusia. Kita harus memahami konsep Tauhid secara holistic, jika tidak maka tidak akan bisa mencapai kekhusyukan.
QS. Al Israa’ (17) : 106-110.
“Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakan perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.
Katakanlah: “Berimanlah kamu kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud,
108. dan mereka berkata: “Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi.”   Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu’.   Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya  dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.”
Kekhusyukan berkaitan erat dengan kepahaman terhadap Alqur’an. Karena itu Allah menurunkan Alqur’an secara berangsur-angsur. Kemudian disuruh membaca dan memahaminya secara perlahan-lahan.
Berdasarkan proses pembelalajaran tersebut, lantas kita bisa meyakini dan beriman kepada Allah SWT. Bagi orang yang berilmu akan gemetar membaca Alqur’an, karena Alqur’an berisi ilmu pengetahuan tingkat tinggi, kemudian tersungkur dan sujud kepada Allah.
Orang-orang yang beriman akan selalu bertasbih dan mensucikan Allah semata. Dan bertambah mantap keimanannya dengan kebenaran Allah. Mereka akan tersungkur kemudian menangis sambil bersujud dan bertambah khusyuk dalam ibadahnya.
Jadi substansi dari kekhusyukan adalah paham tentang Allah, kenal, yakin bisa bertemu dengan Allah dan yakin bakal kembali kepada-Nya. Bertasbih, bersujud sampai meneteskan air mata, berdzikir dan berdo’a dengan suara yang lembut.
Pelajaran dari nabi Zakaria, dia melakukan  kekhusyukan beribadah kepada Allah dengan cara bersegera berbuat baik dan harap-harap cemas ketika berdo’a.
QS. Al Anbiyaa’ : (21) : 90.
“Maka Kami memperkenankan doanya, dan Kami anugerahkan kepada nya Yahya dan Kami jadikan isterinya dapat mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.”
Dalam bahasa sederhana khusyuk adalah perasaan bisa bertemu dengan Allah saat berdo’a, berdzikir dan shalat. Bukan berarti bisa melihat dan mendengar dengan panca indra. Ketika bisa ‘CURHAT’ kepada pemilik alam semesta ini, mencurahkan gundah gulana, keluh kesah, mohon bantuan dari segala kesulitan. Ketika seseorang merasa plong dan ringan setelah curhat kepada Allah berarti Insya Allah ia telah bertemu Allah dan  ia termasuh orang-orang khusyuk.
Saat melakukan Dzikiri berguna  untuk menyambung jiwa kita dengan Allah SWT. Melatih supaya selalu bisa bertemu dan  akhirnya merasa selalu bertemu dengan-Nya. Sedangkan isi dzikir kita adalah memuji kebesaran Allah, memuji kekuasaan-Nya, Memuji Keagungan-Nya, dan meng-ESAkan-Nya. Sedang berdo’a adalah untuk meminta segala kebutuhan seorang hamba kepada khaliq-Nya.
Jika kita sudah merasakan bertemu dengan Allah, maka sebenarnya kita sudah melakukan ibadah dengan khusyuk. Dan kekhusyukan itu akan membekas, walaupun sudah selesai dzikir, do’a dan shalat. Itulah khusyuk yang sebenarnya. Khusyuk di dalam shalat dan khusyuk di luar shalat. Inilah ukuran khusyuk, walaupun bersifat kualitatif.      
Orang yang khusyuk adalah orang yang jiwanya sedang tenang, tawadhu’, sabar, ikhlas dan berserah diri kepada Allah SWT. Sebaliknya orang-orang yang tidak khusyuk adalah orang-orang jiwanya sedang kacau, stress, bergejolak, egois, memberontak dan sebagainya.
Dua kondisi tersebut akan menghasilkan getaran yang bertolak belakang. Orang yang khusyuk akan menghasilkan gelombang yang lembut. Hati dan perilakunya lembut. Orang itu akan menyenangkan dan menyejukkan orang-orang yang berada di sekelilingnya.
Sementara orang yang tidak khusyuk, akan menyebarkan kejelekan di tengah masyarakat. Hati dan perilakunya akan kasar dan akan merugikan orang-orang yang berada di dekatnya.
Mudah-mudahan kita termasuk orang yang khusyuk dalam dzikir, do’a dan shalat. Dan kita digolongkan hamba-hamba-Nya yang khuyuk……….. Amin. Wallahu’alam.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...