Subscribe:

Ads 468x60px

Wednesday, April 13, 2011

TERTIPU OLEH TUJUAN ANTARA

Seharus  kita berdzikir mengingat  Allah sepanjang waktu yang dimiliki.  Tidak hanya seusai shalat, tetapi sejak bangun pagi sampai kita tidur kembali. Demikianlah dimaksudkan Allah dalam berbagai firman-Nya, bahwa tetaplah berdzikir setelah selesai shalat.   Dan teruslah berdzikir dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring.
QS. An-Nisaa’ (4) : 103.
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.”
Ayat yang lain memperjelaskan apa dan bagaimana yang dimaksud dengan ingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk dan berbaring itu.
QS. Ali Imran (3) : 191.
“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
Jika kita bertanya pada diri sendiri atau kepada orang lain, Manakah yang lebih penting dunia atau akhirat? Tentu kita akan menjawab  akherat….! Lalu jika kita bertanya lagi, lebih banyak mana waktu yang kita habiskan untuk dunia atau akhirat? Tentu kita akan menjawab untuk dunia………..
Ya, ternyata kita tidak konsisten! Katanya akhirat lebih penting daripada dunia. Tetapi dalam kegiatan sehari-hari lebih banyak kita mengejar dunia. Daripada akhirat.
Coba saja dalam sehari yang kita alokasikan untuk kegiatan dunia. Bandingkan dengan waktu untuk mengejar akhirat. Untuk tidur, katakana rata-rata 6 jam. Untuk bekerja 8 jam. Untuk makan sekitar 2 jam. Untuk bersantai, olah raga, nonton, baca Koran kurang lebih 3 jam. Untuk berkendaraan anggap 2 jam!
Sisanya yang 3 jam kita bagikan untuk shalat dan berdzikir, masing-masing 20 menit dikalikan 5 waktu, sekitar 100 menit. Baca Qur’an setiap hari 20 menit. Mendengar pengajian, baca buku dan beramal kebajikan lainnya rata-rata 1 jam per hari. Habislah waktu 3 jam yang tersisa….!
Coba kita perhatikan kenyataan waktu yang kita habiskan! Digunakan untuk urusan dunia 21 jam. Sedangkan urusan akhirat 3 jam! Begitukah cara kita mengejar akherat?!
QS. Al An’am (6) : 70
“Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa’at selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu.” 
Allah mengingatkan kepada kita secara tersirat tapi tegas dalam ayat di atas. Jangan sampai kita tertipu oleh dunia, sehingga kelak kita menyesal. Kebahagian sesungguhnya berada di akherat. Selama ini kita telah tertipu oleh angan-angan kosong kita sendiri. Dan tanpa sadar menjadi tidak konsisten. Bahkan tidak masuk akal. Apa yang menjadi tujuan utama, kita lalaikan. Sedangkan yang menjadi tujuan antara kita kejar habis-habisan. Allah mengkritik orang yang bodoh dan lalai.
QS. Ar Ruum (30) : 7.
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.”
Maka, apakah yang harus kita lakukan? Jawabnya sederhana saja : “bertindaklah yang proporsional.” Kalau kita sudah paham akhirat  tujuan utama, maka utamakanlahn ia. Sedangkan dunia sebagai ‘tujuan antara’, maka jadikan ia sebagai perantara untuk mencapai tujuan akhirat.
Lantas, bagaimana cara formulanya? Bukankah waktu kita hanya 24 jam sehari semalam? Kita tidak perlu memisah-misahkan antara kegiatan dunia dan akhirat. Karena keduanya karunia Allah. Yang satu diberikan sekarang dan yang lain diberikan nanti. Kedua-duanya harus kita ambil dan kita nikmati.
Karena sekarang adalah kehidupan dunia, maka jadikan kehidupan dunia sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan akhirat. Jangan ditinggalkan dan jangan dijauhi.
Jangan tidak bekerja dengan alasan mengganggu shalat dan dzikir kita. Jangan pula tidak berolah raga dengan alasan bisa mengganggu tidak bisa baca Alqur’an. Jangan pula tidak berumah tangga, karena takut mengganggu kedekatan kita kepada Allah. Karena semuanya bisa dilakukan secara simultan.
Betapa banyak orang yang bekerja tetapi tetap bisa melakukan shalat dan dzikir kepada Allah. Betapa banyak orang yang berolah raga sambil menghafal Alqur’an. Dan betapa banyak orang yang berumah tangga sambil memenuhi perintah Allah untuk menyiapkan generasi berkualitas di masa depan yang akan mengembalikan kejayaan umat Islam sebagai umat teladan…..
Dunia buka untuk diabaikan. Tapi untuk dikelola supaya memberikan kebahagiaan kepada manusia. Tapi ingat, ini bukan tujuan final. Karena kita sedang menuju kehidupan yang abadi, yaitu akhirat.
Seorang muslim harus menjadi kaya, agar bisa naik haji. Agar bisa membantu orang miskin. Agar bisa membantu janda-janda miskin dan anak yatim. Agar bisa menciptkan lingkungan yang sehat dan nyaman.
Seorang muslim harus pandai dan berilmu pengetahuan tinggi, agar kita tidak terus menerus menjadi orang bodoh seperti sekarang ini.
Seorang muslim harus menjadi pengusaha, agar potensi umat Islam ini bisa dikelola secara baik. Hidup damai sejahtera yang dirahmati dan diridhoi oleh Allah.
Pokoknya umat Islam harus maju dalam segala bidang. Dunia harus berada dalam genggaman kita. Bukan malah tersingkir dari kenikmatan dunia. Padahal dunia diciptakan untuk kita. Tapi malah kita acuhkan, sungguh kita berdosa kepada Allah. Kita melecehkan Allah yang telah menciptakan semua ini untuk kebahagiaan manusia….
QS. Al-Baqarah (2) : 29.
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”      
QS. Ibrahim (14) : 32.
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.”
Dan masih banyak ayat-ayat yang bercerita tentang betapa Allah telah menciptakan segala yang ada ini untuk kebahagiaan manusia. Tidak ada ayat yang melarang kita menikmatinya. Yang dilarang itu adalah hidup bermewah-mewah dan bermegah-megahan, sehingga lupa dari mengingat Allah. 
Wallahu’alam.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...