Subscribe:

Ads 468x60px

Wednesday, April 13, 2011

MENYONGSONG MASA DEPAN

Umat Islam tidak boleh meninggalkan generasi yang lemah di belakang mereka. Maka hendaklah kita takut kalau anak-anak kita menjadi beban bagi zamannya. Beban  dalam hal rezeki, keterampilan, beban ilmu pengetahuan, akhlak, kemandirian dan kesejahteraan hidup.
QS. An Nisaa’ (4) : 9.
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”
Karena itu dengan sangat jelas Allah mendorong umat Islam agar tampil sebagai umat teladan, sebagai panutan. Sebagai penolong, pemimpin, inspirator dan motivator. Bukan sebagai peminta-minta dan beban bagi orang lain.
Umat Islam harus membangun SDM masa depan yang lebih baik. Kegagalan adalah hikmah  yang akan menjadi cambuk untuk membangun peradaban masa depan. Waktu terus berjalan ke masa depan. Bukan ke masa lalu. Karenanya bagaimana kita mempersiapkan masa depan yang lebih baik.
Peradaban sedang melesat ke masa depan dengan kecepatan tinggi. Tetapi umat Islam belum juga bangun dari tidurnya. Padahal tantangan masa depan lebih berat dan penuh dengan liku-liku.
Anak-anak kita harus menjadi generasi pada zamannya. Jangan mereka diasingkan dari zamannya. Kita harus meletakkan mereka pada posisi yang tepat dan cepat. Anak-anak kita bagaikan anak panah. Sedangkan kita sebagai busurnya.
Anak-anak kita menjadi anak panah untuk terus melaju ke masa depan, sedangkan kita sebagai orang tua bakal menjadi masa lalu bagi mereka. Karenanya jangan pernah mengharapkan mereka seperti kita. Karena zaman yang mereka hadapi akan jauh berbeda dengan zaman kita. Jika mereka seperti kita berarti mereka akan ketinggalan pada zamannya.
Alqur’an telah mengajari kita tentang penyiapan masa depan anak-anak kita. Luqman mengajari anak-anaknya untuk menjadi dirinya sendiri. Yang ia sampaikan hanyalah bekal dasar, bahwa anaknya harus berbuat kebajikan dan selalu berorientasi pada Allah. Masalah tekhnis akan disesuaikan dengan kondisi zamannya.
QS. Luqman  (31) : 13.
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
QS. Luqman  (31)  : 16.
(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
QS. Luqman  (31) : 17.
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah.”
QS. Luqman  (31) :  18.
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
Pelajaran yang paling besar adalah kalimat tauhid Laa ilaaha illallaah. Yaitu menjadikan Allah sebagai satu-satunya Tuhan dalam kehidupan. Bersandar kepada Dzat yang Maha Kuat, Maha Bijaksana, Maha Pengasih dan Maha Pengampun.
Karenanya tidak heran, Nabi Ibrahim sebagai nabi kesayangan Allah memohon kepada Allah untuk menjadikan keturunannya orang-orang yang tetap konsisten menegakkan kalimat tauhid.
QS. Az Zukhruf (43) : 28.
“Dan (lbrahim a. s.) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu”
Luqman juga menasehati anaknya untuk memiliki kemampuan kontrol. Jangan sembrono, karena kesalahan apapun yang kita perbuat akan kembali kepada diri kita sendiri.
Kemampuan kontrol yang baik bakal mengantarkan seseorang kepada keputusan-keputusan yang bermanfaat. Dan menjauhkan diri dari kebohan dan kecerobohan.
Kita juga diingatkan dengan shalat, untuk mengingat Allah. Orang yang rajin menegakkan shalat Insya Allah orang yang dapat terhindar dari perbuatan keji dan mungkar. Sekaligus mengajak orang lain kepada perbuatan ma’ruf.
Untuk menegakkan amar ma’ruf butuh kesabaran. Jika kebaikan diabaikan dan kejahatan dibiarkan, tidak ada peluang untuk membentuk masyarakat yang aman, damai dan sejahtera. Semaju apapun sains, teknologi, ekonomi dan kebudayaan masyarakat. Justru bakal menemui kehancurannya…………
Kita juga diajarkan agar tidak sombong dan angkuh. Termasuk suka membanggakan diri. Kenapa dilarang? Karena akan merugikan diri sendiri. Seseorang akan lengah karena sibuk mencari pujian-pujian orang lain dan sibuk dengan membanggakan diri. Berjalanlah di muka bumi dengan rendah hati, sederhana dan terkontrol dengan baik. Jangan bersuara keras hingga mengganggu orang sekitarnya. Dan jangan suka mencari-cari perhatian orang lain.
Luqman juga menasehati agar anaknya selalu bersyukur kepada Allah atas segala karunia dan nikmat-Nya. Bersyukur adalah upaya produktif untuk memperoleh sesuatu yang  lebih baik.
QS. Luqman  (31) :  12
“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
Kadang-kadang kita memaknai bersyukur hanya sekedar mengucapkan Alhamdulillah. Padahal selain bermakna berterima kasih dengan ucapan, sebenarnya bersyukur memiliki makna ‘amalan’. Barang siapa bersyukur, maka mereka memperoleh kebaikannya untuk dirinya sendiri.
Saba’ (34) :13.
“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih.”
Orang yang bersyukur adalah orang yang berterima kasih dalam ucapan dan perbuatan. Berterima kasih sebagai sebuah pengakuan kepada Allah bahwa semua kesuksesan bersumber dari-Nya. Kemudian ia semakin giat bekerja sebagai ungkapan rasa syukur atas semua nikmat dari Allah. Begitulah seharusnya kualitas SDM Islam.
Kunci keberhasilan umat Islam masa depan tergantung bagaimana kita mempersiapkan generasi yang berkualitas. Semoga kita benar-benar mempersipakan generasi terbaik untuk menyongsong masa depan  ………. Amin. Wallahu’alam.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...